
Empat sekawan dari Jawa Barat (Ronni Waluya, Rita Effendi, Netta KD dan Hedi Yunus) yang tergabung dalam kelompok vocal Nitatadi, sukses menggelar pertunjukan bertajuk “Konser Dunia Cita Nitatadi untuk Kawan”, di Balai Sarbini, Jumat, 17 Juni 2022.
Nitatadi bukan hanya menghibur ratusan penonton, namun berhasil pula membawa perasaan penonton (yang kebanyakan berusia di atas kepala 3, 4 dan 5) untuk kembali bernostalgia dengan lagu-lagu hits era 90-an.
Ya, menonton konser ini seperti membuka kembali buku catatan harian penonton di masa SMP-SMA, di mana lagu-lagu cinta yang sedang hits di masa itu menemani hati dan perjalanan cinta penonton.
Misalnya Ayun Langkah, Kawan, Sabda Alam, atau lagu hits dari personil Nitatadi yakni: Sepanjang Jaman, Maafkanlah, Maafkanlah, Januari di Kota Dili.
Atau lagu-lagu barat romantis yang abadi dalam kenangan siapapun yang lahir di era 60-70an, yakni First Love, Looking Through The Eyes of Love.
Semua lagu ditampilkan dalam kemampuan teknik vocal yang sangat baik, pengucapan lirik dan artikulasi yang benar, dan yang pasti pembagian suara dan bisa menyanyikan bagian masing-masing secara baik dan benar.
Kehebatan ini bisa dimaklumi, karena mereka mendapat pendidikan yang sama di tempat alm. Abang Elfa Secoria. Di masa remaja, mereka bersama-sama mengikuti beragam lomba nyanyi (baik pop maupun keroncong di tingkat daerah maupun nasional. “Dan saya jadi juara keroncong nasional tiga tahun berturut-turut,” ujar Rita Effendi.
Sederhana Tapi Ekstravaganza
Di atas panggung, Nitatadi sendiri diarahkan membawakan lagu yang dipastikan mengikat hati penonton, dan ditampilkan secara tidak biasa, berbeda sekaligus terkesan ekstravaganza.
Tengok pada sesi dimana Nitatadi membawakan lagu istimewa, yang mempertemukan Anthonio Song (The Rainbow) milik Michael Frank yang dirilis tahun 1977 dengan lagu Keraguan milik Dian Pramana Putra dan Deddy Dhukun yang dirilis pada 1987.
Pentas ini juga memperagakan kepiawaian personil Nitatadi dalam menaklukan lagu keroncong. Sebut satu contoh Bandar Jakarta.
Pentas berdurasi dua jam lebih itu, sekaligus membuktikan kota Bandung memang pusat pencetak penyanyi hits era 90-an.
Karena dimunculkan pula Trio Rida Sita Dewi menyanyikan hits mereka antara lain Satu Bintang, Kusadari dan Antara Kita, p-lus mengundang Andre Hehanusa di barisan penonton, yang menjadi mentor dan senior RSD naik ke atas panggung untuk menyanyi bersama.
Ada beberapa bagian pada panggung ini memperlihatkan show yang biasa, namun memukau.
Satu yang penting dicatat adalah dimunculkannnya musisi Dian HP dengan grand piano, sekaligus menantang keempat personil Nitatadi untuk ujuk kebolehan beradu vocal. Dan mereka lulus!
Lepas dari semua itu, sesungguhnya pentas ini bisa disebut dibuat sangat berani alias nekat. Bagaimana tidak?
Dari panggung Hedi Yunus menjelaskan Nitatadi baru terbetuk di tengah masa Pandemi, dan hanya punya satu single yang sudah edar berjudul “Kawan” di bawah Gerenimo Records, ditambah satu lagu lagi Dunia Cinta yang dirilis bersamaan dengan konser.
“Kami memang belum punya album. Banyak orang nanya lha kok mau konser? Mau bawain lagu apa? Ya! Kami akan nyanyi lagu hits masing-masing, tapi semua dibawakan secara berempat!” kata Hedi.
Dengan kostum chic, dengan iringan musik Geronimo Big Band yang apik, koreografi yang enak dilihat, rundown acara yang cermat, di tengah siraman lighting dan soud system yang prima, pentas ini berhasil memperlihatkan pertunjukan musik yang memukau.
Selamat untuk “kenekatan” Ari Kusuma, sebagai Executive Produser dalam menggelar pentas ini. Meski baru punya satu single, Nitatadi bisa mengumpulkan ratusan penonton.
Dan selamat juga untuk solidaritas musisi dan penyanyi yang hadir, seperti Armand Maulana, Dewi Gita, Agus Wisman, Yana Yulio, Yuni Shara, Melly Goeslaw, Shelomita, Aming dan lain-lain.