Menjelang penutupan tahun 2025, label independen demajors mengajak publik menengok kembali sejumlah rilisan musik yang mencuri perhatian sepanjang tahun. Dari energi mentah punk remaja, kolaborasi lintas disiplin yang eksperimental, hingga karya-karya pop alternatif yang intim dan personal, deretan rilisan ini menegaskan peran demajors sebagai rumah bagi musisi dengan identitas kuat dan keberanian artistik.
Salah satu rilisan yang paling menyita perhatian datang dari trio punk asal Bekasi, Sukses Lancar Rejeki, lewat album debut bertajuk Bisa Meledak!!. Album ini merekam gairah remaja yang tumbuh di lingkungan sekolah, dengan cerita keseharian yang dekat, jujur, dan penuh semangat. Dikerjakan sepulang sekolah, Bisa Meledak!! lahir dari refleksi lingkungan sekitar para personel—keluarga, ruang belajar, dan pergaulan—yang kemudian diterjemahkan ke dalam energi punk yang spontan dan apa adanya. Album ini menjadi tonggak perkenalan Sukses Lancar Rejeki ke pasar musik Indonesia sekaligus penanda awal proses tumbuh kembang mereka sebagai band.
Di ranah kolaborasi, demajors menghadirkan proyek lintas genre yang tak kalah mencolok melalui I Don’t Know and I Dongker, kolaborasi antara Jason Ranti dan Dongker. Karya ini mempertemukan dua dunia yang kontras: gebukan drum cepat dan distorsi gitar khas Dongker dengan melodi dreamy serta lirik naratif ala Jason Ranti. Album ini tidak hanya berbicara soal musik, tetapi juga seni rupa, lanskap kota yang akrab, hingga keresahan dan romansa kehidupan sehari-hari, menjadikannya salah satu rilisan paling unik dan eksploratif sepanjang 2025.
Sementara itu, Dere kembali memperluas narasi musikalnya lewat album kedua berjudul Berbunga. Album yang berisi 10 lagu ini menjadi ruang ekspresi bagi Dere dalam memaknai cinta sebagai sesuatu yang hidup—tumbuh, patah, lalu mekar kembali. Keunikan Berbunga tidak hanya terletak pada materi lagunya, tetapi juga pada pendekatan visualnya. Setiap lagu diwakili oleh satu jenis bunga yang berbeda pada sampul, dipilih secara khusus untuk mencerminkan nuansa, makna, dan cerita di balik masing-masing lagu. Pendekatan ini menjadikan album Berbunga kaya secara musikal sekaligus simbolis.
Setelah hampir delapan tahun absen, The Cottons menandai babak baru perjalanan mereka lewat EP Harapan. Duo suami istri Yehezkiel Tambun dan Kaneko Pardede ini kembali dengan empat lagu yang membuka musim baru dalam karier mereka sejak kembali aktif di pertengahan 2024. Sebelumnya, The Cottons sempat merilis single “It’s Only a Day” dan “Yesterday is Gone” pada 2016 yang mendapat respons positif. EP Harapan hadir sebagai lanjutan kedewasaan musikal mereka, dengan nuansa reflektif yang hangat dan jujur.
Dari sisi solois, Nadhif Basalamah memperkenalkan album perdananya yang berjudul Nadhif, sebuah album self-titled yang merepresentasikan perjalanan personal sang musisi. Album ini menggambarkan esensi musik Nadhif yang tenang, jujur, dan autentik, dengan setiap lagu merekam fase-fase kehidupan yang ia lalui—mulai dari kebahagiaan, kehilangan, kerinduan, hingga perenungan di masa awal dewasa. Pemilihan judul Nadhif menegaskan kesan personal dan kedekatan emosional yang ingin disampaikan kepada pendengar.
Seluruh rilisan yang mewarnai perjalanan musik 2025 ini tersedia melalui situs resmi www.demajors.com serta jaringan distribusi @demajors di Indonesia, Johor Bahru, dan Brunei Darussalam. Deretan karya ini sekaligus menjadi penutup tahun yang kuat bagi demajors, menegaskan komitmennya dalam merawat keberagaman suara dan cerita di musik Indonesia. XPOSEINDONESIA/IHSAN






