
Adikara resmi merilis album penuh perdananya bertajuk Klise pada 30 Mei 2025. Sebagai pembuka rangkaian perilisan ini, sang musisi menggelar sesi dengar perdana (Listening Session) sekaligus konferensi pers pada Selasa, 27 Mei 2025 di Krapela – Row 9, Jakarta. Acara ini menjadi ruang perkenalan awal bagi para rekan media dan pendengar terpilih untuk menyelami lebih dalam narasi dan proses kreatif di balik album yang sangat personal ini.
Album Klise menjadi tonggak penting dalam perjalanan karier Adikara, sekaligus menandai kehadiran suara baru dalam lanskap musik pop Indonesia yang kian dinamis. Berisi sepuluh lagu, Klise merupakan refleksi jujur atas fase-fase cinta yang pernah dialami Adikara. Dari awal ketertarikan, harapan, kegembiraan, kecemburuan, perpisahan, hingga keberanian untuk kembali mencinta—semua terangkum dalam narasi musik yang personal namun mudah dirasakan oleh banyak orang.
“Setelah dipikir-pikir, ‘Kok gini banget ya hubungan gue.’ Tapi makin ke sini, gue melihat apa yang gue rasakan juga dirasakan orang lain. Jadi akhirnya gue melihat ini sebagai kisah yang ‘klise,’” ujar Adikara.

Album ini menjadi karya paling personal Adikara sejauh ini, bukan hanya karena seluruh materi lagu ditulis dan digarap sendiri, tetapi juga karena ia merilisnya secara independen lewat label dan manajemen yang ia dirikan sendiri, Pagoda House. Lepas dari label sebelumnya, Adikara menjelajah lebih dalam sisi musikalnya, memperkuat identitas lewat pengaruh jazz, soul, funk, dan R&B.
Secara musikal, Klise banyak terinspirasi dari warna soul era 1980-an. Beberapa lagu direkam menggunakan instrumen analog seperti Rhodes dan synth klasik untuk menciptakan nuansa autentik. “Waktu nulis lagu-lagu ini, gue lagi sering banget dengerin Quincy Jones. Jadi gue bikin musik yang memang gue lagi suka dengar,” katanya.
Taufan Wirzon dipercaya sebagai produser karena dinilai mampu menerjemahkan visi dan warna musik yang diinginkan Adikara. Sementara proses mixing dan mastering ditangani oleh Rayendra Sunito.
Klise juga memuat beberapa single yang telah lebih dulu dirilis dan mendapat sambutan hangat dari pendengar. “Katakan Saja” rilis pada 2022, disusul “Primadona” di tahun 2023. Lalu “Nirwana” dan “Rindu”—yang merupakan kolaborasi dengan Andien—dirilis sepanjang tahun 2024. Semuanya kini menjadi bagian dari mozaik cerita cinta yang lebih utuh dalam album ini.
Sebagai fokus utama perilisan album, Adikara memilih lagu “Kembali.” Lagu ini merepresentasikan sisi paling personal dirinya, baik secara lirik maupun musik. Dalam proses produksinya, ia berkolaborasi dengan Ilman Ibrahim yang memainkan Rhodes vintage, memperkuat warna 80-an yang menjadi ciri khas album ini. “Ini lagu yang gue banget. Liriknya menggambarkan sesuatu yang ingin gue katakan kepada seseorang,” jelasnya.
Album Klise disusun seperti sebuah dramaturgi, menggambarkan siklus cinta yang berulang. Menariknya, lagu pembuka “Kembali” dan penutup “Love Again” dirancang agar dapat didengarkan secara sirkular. Bagi Adikara, cinta adalah sebuah siklus yang kadang harus dilalui berkali-kali sebelum akhirnya menemukan tempat yang tepat.
“Gue percaya perjalanan cinta seseorang itu ada cycle-nya. Ada yang mengalami berkali-kali sampai akhirnya menemukan jodoh. Ada yang mungkin hanya dua kali. Tapi ketika semuanya gagal, lo harus ‘Love Again’ dari awal. ‘Kembali.’ Berputar terus,” kata Adikara.
Dirilis dalam format digital, Klise sudah tersedia di berbagai platform streaming musik mulai 30 Mei 2025. Lebih dari sekadar album, Adikara berharap karya ini menjadi teman merenung bagi siapa pun yang sedang, pernah, atau akan mengalami perjalanan cinta.
“Gue membayangkan album ini didengarkan setelah resepsi pernikahan kalian. Duduk terdiam, membayangkan perjalanan cinta yang telah dilalui, dan akhirnya mengerti kenapa lo bisa sampai di titik ini, berkomitmen untuk selamanya,” tutupnya. XPOSEINDONESIA/IHSAN