
Ayu Laksmi menggelar Live Theatrical Music Performance, Svara Semesta: Love@1Point, pada Sabtu (21/2) malam di Gedung Kesenian Jakarta. Pentas ini sebagai bagian dari promo peluncuran album terbarunya Svara Semesta 2.
Dan, sungguh ini menjadi pementasan yang berbeda dari kebanyakan peluncuran album musik pop kebanyakan.
Musik terdengar unik dan tak biasa bergema indah, sejuk dan menyegarkan jiwa. Paduan alat musik tradisional mulai dari genggong, gamelan Bali, Penting, saluang Padang “menabrak” bebunyian alat musik barat. Dalam pentas ini leburlah musik populer dan klasik bersentuhan dengan elemen etnik.
Dengan berganti kostum dua kali, Ayu Laksmi bukan hanya menyuarakan lagu yang terdapat dalam albumnya, antara lain lewat lagu “Kidung Maria”, “Daima” dan lain-lain, tapi ia juga menunjukan keahlian bermonolog dengan sangat prima.
Hari itu, Ia mencatatkan diri buakn semata sebagai penyanyim tapi juga seniman lengkap di tengah tata panggung yang dihias sederhana, artistik namun terasa indah. Barisan puisi sederhana dan menggetarkan yang dibacakan sebagai pengantar dari satu lagu ke lagu lain menguatkan pementasan ini.
“Svara Semesta 2 sendiri adalah sebuah album World Music yang diproduksi di Bali, saya persembahkan untuk manusia, semesta dan Tuhan,” begitu kata Ayu. dalam press conference yang digelar di Galeri Indonesia Kaya, Jakarta Pusat, dua hari sebelum pementasan.
Di album ini, terangkum goresan pikiran dan rasa Ayu juga kerabatnya dari seluruh penjuru dunia. Sejumlah sastrawan memang terlihat turun aktif menjadi bagian kreatif album ini. Tercatat Cok Sawitri, Fajar Arcana, dan Albertheine Endah yang menuliskan lirik. Sementara, Sawung Jabo dan Didi AGP kebagian menciptakan lagu.
Ayu menyebut ada 150 seniman yang mendukung album ini. Bukan hanya pemusik, tapi juga pelukis, fotografer, desainer grafis, dan sebagainya. Ayu pun didukung seniman dari berbagai negara.
“Saya beruntung saat proses rekaman ini, mereka sedang berada di Bali. Jadi, saya bisa mendaptkan pemain biola orang Hungaria, pemain celo orang Inggris, pemain suling orang Swedia,” tutur Ayu.
Terdapat tujuh lagu di album ini, antara lain “Hyang”, “Daima”, “Tri Hita Karana”, “Btari Nini”, “Kidung Maria”, “Gumam Batin”, “Duh Atma”. Lagu lagu itu mengeksplorasi beragam unsur seni, dari musik, sastra, hingga bahasa.
Dengarlah, Ayu mempresentasikan lagu dengan berbagai bahasa yaitu Indonesia, Minang, Inggris, Latin, dan Jawa Kuno.
Menurut Ayu, tema besar dalam setiap lagu adalah perempuan. “Akar kata perempuan adalah “empu” yang artinya pelayan atau pengasuh. Saat kita bicara tentang perempuan, tidak akan pernah lepas dari ibu. Sosok yang berperan penting dalam kehidupan setiap manusia,” kata Ayu lagi.
“Tema perempuan bukan hanya gender tetapi sifat-sifat perempuan. Jadi, kita semua memang harus kembali kepada sifat-sifat perempuan. Sifat yang melayani.”
Sosok perempuan terasa jelas pada Lagu “Daima” juga “Btari Nini” Sementara tema Tuhan terasa kuat pada lagu “Kidung Maria” dan “Hyang”.
Menurut Didi AGP, lewat album ini Ayu Laksmi bukan hanya sekdar bernyanyi biasa. Namun dengan kesadaran tinggi Ayu bernyanyi dan berbunyi mewakili Sang Maha Pencipta.
“Ayu punya misi dan energi yang berbeda dengan penyanyi lain, di mana mereka sekadar bernyanyi untuk menutupi cicilan sehari-hari. Ayu tidak begitu, Ia konsisten. Sehingga vibrasi yang dikeluarkan terasa berbeda. Sejuk penuh kedamaian,” kata Didi AGP. XPOSEINDONESIA/NS F0to : Dudut Suhendra Putra