Menurut Mahendra, sejarah telah membuktikan peran penting wartawan film dalam perjalanan panjang film Indonesia.
Mahendra menambahkan, berdasarkan pemahaman itulah dia menilai Festival Film Wartawan Indonesia (FFWI) sangat penting keberadaan dan keberlangsungannya.
“Karenanya, Direktorat Perfilman Musik dan Media Kemendikbud Ristek RI memberikan dukungan sepenuhnya atas terselenggaranya FFWI XII tahun 2022 ini,” tambah Mahendra.
Menurut Mahendra, tema ini sangat penting bagi perfilman nasional Indonesia. Oleh sebab itu dia mengusulkan agar tema ini dikembangkan untuk acara nasional.
Sedangkan, Niniek L Karim dalam pemaparanya menyampaikan beberapa hal, di antaranya soal jam kerja yang tidak sesuai dengan upah yang diterima. Bahkan ia mengangap hal itu seperti kerja rodi.
Misalnya seorang figuran film, kerja dari subuh ke subuh lagi dan hanya dapat honor yang enggak semestinya, Ini kan kerja rodi,” ungkap Niniek L Karim.
Sutradara Hadrah Daeng Ratu lebih menyoroti ke kontrak kerja. Dia mengungkapkan, kontrak kerja dalam perfilman nasional kebanyakan cuma ditandatangan chief atau pimpinan kelompok.
“Itupun tidak semua kru tahu. Sementara di surat kontrak tertulis berlaku untuk semua kru,” kata Hadrah.
Berdasarkan pengalaman Hadrah, sering terjadi pembatalan sebuah produksi tanpa kompensasi apa-apa. Oleh sebab itu ia mengajak kepada para pekerja film untuk mengkampanyekan kesadaran kontrak. “Harus dikampanyekan lagi kesadaran kontrak kerja antara kru dan rumah produksi,” ujar Hadrah .
Hadrah berpendapat, normalnya kru film bekerja tidak lebih dari 14 jam. Kalau bekerja lebih dari 20 jam kemungkinan besar akan berdampak banyak hal, misalnya ada yang menadi sakit. Selain itu, jika pulang larut malam, karena kecapean ada bahaya di jalan.
Khusus untuk pemain kanak-anak yangmasih dalam usia sekolah, Hadrah memberlakukan kerja setelah usai pulang sekolah.
“Saya selalu mendahulukan part mereka untuk syuting. Agar mereka tidak pulang kemalaman dan masih ada waktu untuk membuat pe er!”
Namun di luar itu Hadrah mengakui, karena sering tidak tepat waktu, jadwal syuting memang kaang harus mundur. “Akibatnya merugikan para pekerja film sendiri,” tambahnya. XPOSEINDONESIA- Foto Dokumentasi