Dodol Betawi adalah makanan tradisional masyarakat Betawi yang sudah ada sejak zaman dahulu. Dodol Betawi menjadi salah satu kuliner khas yang kerap hadir dalam berbagai perayaan, seperti Lebaran, pernikahan, dan acara adat lainnya.
Proses pengerjaannya terhitung berat, karena wajib diaduk selama berjam-jam agar tidak gosong dan berbau hangus.
Inilah yang diperlihatkan pekerja pengaduk dodol Betawi di Pondok Dodol Sari Rasa Ibu Yuyun, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Minggu (9/3/2025). Dengan berkeringat menghadapi panas dari tungku, para pekerja berjam-jam mengaduk dodol dalam kuali besar.
Produksi dodol di tempat tersebut mengalami peningkatan sepanjang Ramadan. Dari yang biasanya hanya dua wajan per hari, meningkat menjadi 10 wajan per hari untuk memenuhi permintaan pembeli selama bulan Ramadan.
Proses Sederhana, Namun Rumit
Dodol Betawi dibuat dari campuran tepung ketan, santan, gula merah, dan gula pasir yang dimasak dalam wajan besar.
Campuran ini dimasak dalam kuali besar (belanga) di atas api kayu bakar. Penggunaan api harus stabil, tidak boleh terlalu besar atau terlalu kecil, agar dodol matang merata.
Pengadukan dodol harus dilakukan terus-menerus selama 8–10 jam agar tidak gosong. Setelah adonan menjadi kental dan elastis, dodol mulai matang. Jika tidak cukup lama dimasak, dodol bisa cepat basi atau tidak tahan lama.
Setelah itu, dodol diangkat, didinginkan, dan dipotong-potong sebelum disajikan.
Pembuatan dodol Betawi biasanya dilakukan bersama-sama dalam komunitas atau keluarga besar.
Foto: XposeIndonesia/Dudut Suhendra Putra