
Film “Terikat Jalan Setan” (2025) karya sutradara Harry Dagoe Suharyadi kembali mengukuhkan reputasinya dalam genre horor Indonesia yang penuh inovasi.
“Terikat Jalan Setan” dibintangi Yama Carlos, Elly Ermawaty, Erna Santoso, Erlando Saputra, Dessy Murthy, Gabriella Larasati, Della Ogini, Haniv Hawakin, Madeline, Mervinta, dan lainnya, mengisahkan sekelompok remaja yang terlibat dalam pembuatan film horor indie. Mereka memutuskan untuk menggunakan metode yang tidak konvensional dengan melibatkan unsur supranatural dalam proses syuting.
Namun, keputusan tersebut membawa mereka ke dalam situasi yang tidak terduga, di mana realitas dan dunia gaib saling bertabrakan, memaksa mereka menghadapi konsekuensi dari tindakan mereka.
Eksplorasi Ilmu Hitam, Iblis & Setan
Film ini merupakan eksplorasi mendalam pengalaman pribadi Harry Dagie sejak tahun 1979 hingga dewasa, tentang keberadaan ilmu hitam, iblis, dan setan yang masih nyata di tengah masyarakat modern.
“Film ini lahir dari kegelisahan saya melihat masyarakat hidup dalam kemajuan tetapi tak berdaya menghadapi tekanan hidup,”ujar Harry Dagoe di tengah peluncuran Poster dan Trailer Film “Terikat Jalan Setan” di Tujuhari Coffee, Wijata Grand Center, Jakarta Selatan (19/4).
Lebih lanjut Harry mengatakan, ”Banyak orang akhirnya mengambil jalan pintas lewat dunia mistis, tekanan yang bahkan terasa lebih menghimpit dibanding masa penjajahan dulu.”
Film ini menghadirkan tiga cerita horor yang terjalin dalam satu kisah utama, secara autentik menggambarkan okultisme lokal Indonesia, terutama Jawa.
“Kenapa demikian, karena ketika saya menulis tema ini, bentuk ini benar-benar harus lahir, jadi memang tidak bisa dibuat dengan film yang mainstream satu arah saja. Dan apa yang saya ingin sampaikan akan sampai kepada penonton dan menjadi sebuah pengalaman unik bagi film Indonesia dan dunia.
Harry Dagoe juga menyebut ia ingin menakuti penonton dengan pendekatan yang unik. “Saya sih tegas menolak gaya horor Barat yang sering hanya mengejar sensasi visual tanpa kedalaman psikologis dan budaya. Memindahkan okultisme lokal ke layar lebar dengan gaya Barat seperti ‘pemerkosaan’ budaya bagi saya,” jelas Harry Dagoe.
Situasi aneh di Lokasi syuting
Sebagai salah satu pemeran dalam film ini, aktris senior Erna Santoso menyebut, awalnya ia ragu menerima peran sebagai seorang ibu yang memakan bayi.
“Saya ini Ketua dari Yayasan Peduli Anak. Masak makan bayi? Apa tanggapan orang? Tetapi, kemudian saya putuskan, bahwa ini tantang profesi yang sudah menghidupi saya sejak remaja sampai sekarang ini, selain saya juga berusaha dengan produksi batik dan sebagainya,” ujar Erna.
Menginjak waktu syuting, Erna mengaku menjalani prosesnya terasa berat, karena beberapa kali mengalami hal-hal yang tidak masuk akal.
“Seperti tiba-tiba saya merasakan ada gempa, dan teriak ada gempa, ada gempa, padahal semua orang tidak merasakannya,” ungkap Erna Santoso.
Belum lagi, ada beberapa adegan yang terpaksa hrus diulang-ulang, karena lawan main pemain yang tidak serius berakting.
“Seperti pas saya keluar diseret dari kolong kursi, itu saya udah gak ngerti lagi deh, sampai saya sudah tak sadar apa-apa. Namun, saya paling sabar kayaknya ngadepin masalah seperti itu.”
Erna juga mengaku pernah mendadak vertigo dan lupa dialog saat syuting malam hari.
“Saat panik, Mas Harry hanya menenangkan. Anehnya, setelah beberapa menit, adegan tersebut ternyata sudah selesai direkam, dengan hasil yang sangat baik bagi mas Harry. Itu pengalaman gaib pertama saya di lokasi syuting sepanjang puluhan tahun menjadi pemeran.”
Yama Carlos ( berperan sebagai Bismo) memuji Mas Harry Dagoe. “ Ia gila kalau membuat film. Selama 25 tahun saya berkarya sebagai aktor, baru kali ini distutradarai dengan perspektif pengadeganan yang sangat unik, yang belum pernah saya alami sebelumnya. “
“Beliau membuat kami benar-benar larut dalam peristiwa fiktif yang terasa nyata—baik cinta, kemarahan, hingga kehadiran sosok gaib di depan kami.” XPOSEINDONESIA Teks dan Foto Dudut Suhendra Putra