
Starvision mempersembahkan trailer terbaru dari produksi Indie Picture bekerjasama dengan Imajinari dan Fosa Pictures, film yang “Teka Teki Tika” disutradarai Ernest Prakasa.
Setelah terakhir kali muncul bersama “Imperfect: Karier, Cinta & Timbangan” di tahun 2019, Ernest kini membawa karya terbaru bertajuk “Teka Teki Tika”, sebuah drama keluarga yang menunjukkan sisi berbeda.
Dibintangi Sheila Dara, Morgan Oey, Dion Wiyoko, Ferry Salim, Eriska Rein, Jenny Zhang, dan Tansri Kemala, film ini akan tayang serentak di bioskop nasional pada 23 Desember.
Teaser trailer berdurasi 1 menit 27 detik, telah dirilis pada 9 November, menampilkan keluarga Budiman yang kedatangan seorang perempuan bernama Tika yang mengaku sebagai anaknya diiringi musik yangmencekam.
Kehadiran Tika, yang tahu fakta dan rahasia rumah itu, jelas mengganggu keluarga tersebut.
Ernest Gaya Baru
Berbeda dengan film Ernest biasanya, “Teka Teki Tika” memberi nafas baru yang segar. Budiman (diperankan Ferry Salim) dan Sherly (Jenny Zhang) adalah pasangan pengusaha di ujung tanduk.
Di balik harta dan reputasi mereka, ancaman kredit macet mulai mengintai. Seolah keadaan masih kurang pelik.
Saat keduanya merayakan ulang tahun pernikahan bersama keluarga kedatangan seorang perempuan misterius bernama Tika (Sheila Dara), yang mengaku sebagai anak kandung Budiman.
Apa yang diinginkan Tika? Akankah keluarga ini dapat melewati tes yang diberikan?
Film Ke 6 Ernest
Reza Servia produser dari Indie Pictures mengatakan, Ketika Ernest Prakasa menyampaikan premis film “Teka Teki Tika” sebagai karya ke-6 yang akan ditulis dan disutradarainya, ia langsung excited.
“Kami segera intens berdiskusi dan sepakat bahwa sudah saatnya penonton-penonton tercinta karya Ernest diajak untuk merasakan pengalaman menonton berbeda. Masih tentang keluarga tetapi dengan genre dan pendekatan yang baru.”
“Teka Teki Tika” akan hadir sebagai film perayaan tutup tahun dari Starvision yang selalu dinanti penonton setelah Ngenest (2015), Cek Toko Sebelah (2016), Susah Sinyal (2017), Milly & Mamet (2018) dan IMPERFECT: Karier, Cinta & Timbangan (2019).
Sempat sekali alfa karena pandemi dan tidak bisa hadir di akhir tahun 2020, tetapi akan terbayar tuntas dalam “Teka Teki Tika” ini.
Syuting di Tengah Pandemi
Menjalani proses syuting dengan prokes ketat di situasi pandemi, menjadi komitmen untuk hadirkan tontonan terbaik yang bisa dinikmati bersama-sama orang terkasih juga keluarga saat liburan akhir tahun.
Teka Teki Tika dipercaya akan memberi pengalaman menonton istimewa yang dikerjakan dari dan dengan hati sebagai pesan, dan diharapkan berkesan untuk penonton.
Di karya terbarunya, Ernest mengatakan ia didorong keinginan untuk melakukan sesuatu yang lain dari biasanya.
“Teka Teki Tika lahir secara tidak sengaja ketika sedang berada di dalam tekanan stress pandemic. Mungkin ada jiwa manusiawi pengen punya semangat untuk break free atau mencium aroma kebebasan. Saat duduk dan menulis skenario lagi mood-nya berubah dan pengen bebas mengekspresikan yang berbeda. Dari situ muncul ide bikin sesuatu yang baru yang bukan sesuai pakem yang selama ini udah dibikin,” ujarnya.
“Benang merah drama keluarganya bukan sesuatu yang dirancang, tapi entah kenapa gue selalu terkesima sama keluarga, sebuah entitas yang unik. Semua orang adalah bagian dari keluarga tapi keluarganya setiap orang beda beda, jadi itu menarik,” jelas Ernest mengenai proses penulisan filmnya kali ini.
Menurut Ernest “Sebelum Tika masuk ke keluarga ini, tentunya gue bikin dulu keluarganya, komposisi keluarganya seperti apa, ada siapa saja di situ. Masalah utama mereka apa yang kemudian menjadi titik di mana Tika bisa masuk dan mengacak-acak itu. Ketika karakter-karakter sudah terbayangkan, maka development karakternya itu sambil jalan barengan sama nulis sinopsis biasanya.
Karena ada semangat eksplorasi yang tinggi, jadi bukan cuma dari segi genre tapi dari segi teknik penulisan pun kali ini, gue berusaha untuk engga terpaku pada pola gitu. Jadi kalau selama ini pola nulis itu, ya, pertama bikin ininya dulu, terus bikin ininya dulu, terus bikin ininya dulu, tapi kalau ini suka-suka gue aja, kayak ini karakter gue baru punya, karakter bible tuh tipis, tapi kok gue pengen nulis ceritanya ya? Terus ya udah gue tulis aja ceritanya. Baru nanti balik lagi. Jadi proses penciptaan karakternya sedikit lebih random, tidak se-by the book biasanya.”