Dalam rangka peringatan Hari Film Nasional, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bersama Demi Film Indonesia menyelenggarakan Webinar dengan judul “Songsong 100 Tahun Alm Usmar Ismail”
Diskusi daring yang digelar Rabu, 17 Maret 2021 ini, dihadiri Yusman mewakili Ahmad Mahendra (Direktur Perfilman, Musik, dan Media Baru), juga sejumlah narasumber wanita terkenal sebagai bintang film senior antara lain Lenny Marlina, Niniek L.Karim, Alice Iskak, dan Widyawati. Hadir pula Wina Armada, Yan Widjaya (Pengamat perfilman juga jurnalis senior).
Seperti diketahui, sejak empat tahun terakhir ini sudah terdengar kabar nama Usmar Ismail diusulkan untuk ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional di bidang perfilman.
Yan Wijaya menyebut, Usmar Ismail pantas menerima pengukuhan itu. “Ia adalah Bapak Perfilman Indonesia, perintis dibuatnya film Indonesia dengan pekerja orang Indonesia, karya filmnya sangat kuat memperlihatkan warna Indonesia. Dua diantaranya adalah “Harimau Tjampa” dan “”Perempuan di Sarang Penyamun,” ungkap Yan.
Sebagai sutradara dengan visi Indonesia yang kuat, Usmar dikenal pula sebagai tokoh pencetak bintang. Salah satunya, Lenny Marliana yang dimunculkannya lewat film “Ananda” (1970), setahun sebelum Usmar wafat.“Sejak bisa main di film Usmar, nama saya langsung mendadak menjadi terkenal. Saya kemudian dapat tawaran main di berbagai film dan mendapat honor. Saya bisa menyekolahkan adik adik dan membantu keuangan keluarga,”ungkap Lenny
Sementara itu, Alice Iskak yang diajak Usmar main dalam film ‘”Big Village” mengenang sutradara itu. “Sebagai sosok yang the best,” ujarnya.
Widyawati mengenang Usmar Ismail sebagai sutradara yang tenang, santai tapi menghasilkan filmnya yang dahsyat.“Syuting dengan Pak Usmar itu selalu menyenangkan. Saya malah tidak perah berpikir soal honor. Maklum baru umur 17 waktu itu,” kata Widyawati yang bermain dalam film usmar berjudul “Holiday in Bali (1963) dan “Ja Mualaim” (1968)
Usmar Ismail wafat dalam usai sangat muda, 49 tahun. Dalam usia sependek itu, ia langsung terkenal sebagai sutradara produktif. Sepanjang hidup, ia tercatat telah memproduksi 25 judul film. Karya ini belum termasuk kumpulan puisi dan naskah drama.
Melihat perjalanan pendeknya yang sangat memukau, Widyawati berujar dengan yakin, “bahwa sesungguhnya Film Indonesia adalah Usmar Ismail, begitupun sebaliknya Usmar Ismail adalah Film Indonesia,” ujarnya.