
Dua yayasan besar yang memiliki perjalanan sejarah fenomenal di Indonesia, yakni Yayasan Harapan Kita (YHK) dan Yayasan Dana Gotong Royong (YDGR) memperingati hari ulang tahun secara bersamaan di Gedung Granadi, Kuningan, Jakarta Selatan, Jum’at (23/08/2019). Hadir sejumlah tokoh dari kedua yayasan tersebut, termasuk Ketua YHK Hj. Siti Hardiyanti Rukmana alias Mbak Tutut.
YHK yang pada tahun 2019 ini merayakan ulang tahun ke-51 dan YDGR yang memasuki usia ke 33 itu, sesungguhnya lahir berkat ide visioner dan tangan dingin seorang perempuan sederhana, bernama almarhumah Raden Ayu Siti Hartinah atau lebih kita kenal sebagai Ibu Tien Soeharto, ibu kandung Mbak Tutut.
Saat awal YHK didirikan di tahun 1968, bisa jadi banyak orang menilai, ide Ibu Tien untuk mendirikan yayasan terasa hanya sebagai impian kaum utopis. Apalagi, ide pendiriannya untuk mempertinggi kesejahteraan rakyat Indonesia dalam arti seluas-luasnya.
Terlebih lagi, ide itu datang hanya dari seorang ibu rumah tangga yang tak pernah sekalipun meraih pendidikan tinggi. Ibu Tien tercatat dalam Wikipedia hanya mengenyam pendidikan setingkat HIS Siswo hingga tahun 1933.
Namun, “Ibu telah lama percaya akan kekuatan ‘tolong menolong’. Ia yakin bahwa “semangat untuk memberi” akan menerangi kehidupan manusia,” kata Ketua YHK, Hj. Siti Hardiyanti Rukmana tentang Ibu Tien Soeharto dalam pidatonya di tengah acara tasyakuran peringatan HUT YHK dan dan YDGRK.
Masih menurut Tutut, hal yang patut disyukuri, ibunya sedikit berbeda dari sekadar ibu-ibu arisan. ‘‘Si Ibu’ punya akses untuk membicarakan ide tolong menolong menjadi nyata, paling tidak karena ia istri seorang presiden pada masanya,” ujar Tutut lagi.
YHK dibangun Ibu Tien dan Ibu Zaleha Ibnu Sutowo dengan modal awal Rp 100 ribu. “Ini disisihkan Ibu Tien dari kas rumah tangga. Kini, 51 tahun setelah itu kita bisa menyaksikan sendiri perkembangan yang terjadi!”
Perjalanan YHK : Membangun Pondasi Penting Indonesia
Mengamati kembali perjalanan sejarah YHK, seperti melihat guratan perjalanan panjang yang ditulis langsung oleh Ibu Tien Suharto. Ia nyata telah memperhatikan, mengawasi, meletakkan banyak pondasi penting di negeri ini.
Lihatlah, dari berbagai catatan sejarah yang tertinggal di media online maupun beragam buku, di mana di sana tertulis ada beberapa bidang khusus yang menjadi perhatian besar Ibu Tien bersama YHK.
Dalam pandangan dan pengamatan xposeindonesia.com, Ibu Tien bersama YHK telah membangun Indonesia di beberapa bidang, yakni Kesehatan, Kebudayaan & Pariwisata, dan Pendidikan.
Menjaga Kesehatan Indonesia
Seperti kita tahu, dalam bidang kesehatan, YHK telah berhasil membangun Rumah Sakit Anak dan Bersalin (RSAB) pada 1979 dan Rumah Sakit Jantung (RSJ) pada 1985. Keduanya serba canggih dengan dokter-dokter spesialis lokal yang hebat.
Ibu Tien bertekad masalah kesehatan masyarakat Indonesia, bisa segera ditangani juga disembuhkan di dalam negeri. “Keinginan Ibu Tien sebagai pendirinya adalah untuk membela kesehatan rakyatnya!” kata Tutut.
RSAB Harapan Kita menjadi rumah sakit pertama yang memadukan rumah sakit anak dengan rumah sakit bersalin. Rumah sakit ini juga mengguratkan sejarah baru, yakni berhasil membuat program bayi tabung, yang sebelum itu hanya bisa dilakukan di luar negeri.
Dan bayi tabung pertama diberi nama langsung oleh Ibu Tien adalah Nugroho Karyanto. Ia lahir di rumah sakit ini pada 2 Mei 1988. Hingga kini, telah lahir 300 anak dari proses bayi tabung.
Pengelolaan RSAB secara resmi diserahkan ke Pemerintah ( DepKes ) pada bulan Juni 1998.
Sementara, Rumah Sakit Jantung, bukan semata difungsikan sebagai rumah sakit spesialis jantung, Ibu Tien dengan cermat juga memproyeksikannya sebagai tempat pendidikan, pelatihan dan penelitian bidang kardiovaskular dan menjadikannya Pusat Jantung Nasional yang terpercaya di Asia Pasific.
Di rumah sakit ini pula, untuk pertama kalinya dalam sejarah di Indonesia dilaksanakan operasi bedah jantung terbuka.
Pada 31 Juli 1997, YHK menyerahkan pengelolaan Rumah Sakit Jantung Harapan Kita kepada Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
TMII : Membangun Pariwisata dan Merawat Budaya
Dalam bidang Pariwisata dan Budaya, YHK telah sukses membangun berbagai sarana kebudayaan, seperti Taman Mini Indonesia Indah (TMII), juga Taman Anggrek Indonesia Permai (TAIP).
Pada awal pembangunan TMII, gagasan Ibu Tien membangun Indonesia dalam format miniatur di satu tempat terintegrasi seluas 150 hektar, kelihatannya berlebihan juga terlalu mubazir. Apalagi dikelilingi dengan kereta gantung dan monorail. Aduh untuk apa?
Tapi lihatlah hari ini, TMII bukan hanya telah menjadi destinasi wisata murah yang paling popular di Indonesia. Namun, telah jadi warisan dari Ibu Tien yang memperlihatkan wajah kebhinekaan budaya Indonesia yang aman juga nyaman. Meskipun, berbeda-beda bentuk adat istiadat dan bahasa. Ini juga berguna bagi generasi mendatang dalam mengenali budaya leluhur.
Pun begitu pula pada pembangunan TAIP. Ternyata, YHK bukan hanya mendirikan sekedar taman indah tempat rekreasi, tapi juga bisa memperlihatkan koleksi ratusan varietas anggrek dari seluruh dunia. Ibu Tien menjadikan tempat ini sebagai pusat informasi, balai penelitian dan pengembangan bibit anggrek.
Dari tempat ini pula, masyarakat dicerahkan dan mendapat informasi, bahwa Anggrek Bulan ternyata menjadi salah satu bunga nasional Indonesia dengan predikat Puspa Pesona. Sementara Bunga Melati yang tumbuh tersebar di halaman rumah kita, disebut sebagai Puspa Bangsa.
Pada 17 Juni 1987, atas nama YHK Ibu Tien menghibahkan seluruh kompleks TMII kepada Pemeritah RI. Dan Presiden Soeharto memercayakan pegelolaannya dilaksanakan oleh pengurus YHK.
Mengokohkan Pendidikan lewat Perpustakaan & Museum
Perhatin Ibu Tien Soeharto pada soal pendidikan dan pentingnya budaya membaca sekaligus menyimpan koleksi buku dan bacaan terasa kuat.
Ini terlihat ketika ia meminta YHK untuk membangun perpustakaan nasional yang kemudian diresmikan pada 1989. Kabarnya, perintah ini muncul sehabis beliau menyaksikan pameran surat kabar di Monumen Nasional yang ternyata ruangnya kurang terawat dan pengap.
Ibu Tien juga serius memperhatikan perawatan, penyajian serta pelestarian warisan budaya dalam Museum. Ini bisa ditemui di sejumlah tempat wisata dalam lingkungan TMII yang dilengkapi beragam museum. Mulai dari Museum Iptek, Museum Listrik, Museum Tekstil dan lain-lain.
Hari ini, setelah 51 tahun berkarya, YHK bersama Ibu Tien Soeharto, telah meninggalkan banyak warisan penting di bidang kesehatan, budaya dan pariwisata juga pendidikan untuk negeri ini.
Dalam menjalankan perannya di YHK, Ibu Tien berpikir dengan pola sederhana. Namun, memiliki efek spektakuler untuk perkembangan kehidupan seluruh bangsa Indonesia.
Kini, di tangan kepemimpinan Siti Hardiyanti Rukmana, YHK akan meneruskan ide ide besar sang Ibu dengan semangat sama. “Berbagai sumbangsih Yayasan ini, pada gilirannya kita harapkan turut memberi kontribusi bagi kemajuan bangsa dan Negara. Amiin ya robbal’alamiin,” ucap Tutut menutup pidato. XPOSEINDONESIA/Nini Sunny Foto Eddy Karsito.