Di setiap penghujung tahun, selalu muncul penjual terompet kertas handmade yang dijaja di pinggir jalan Jakarta. Tengok misalnya di kawasan Hang Lekir Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, di dua minggu terakhir Desember, biasanya selalu berjajar beberapa pedagang terompet handmade yang memajang dagangan hingga ke Jalan Sambas Barito, Jakarta Selatan.
Namun kini, di ujung Desember 2017 ini, kawasan Hang lekir hingga ujung Hang Tuah tak terlihat lagi pedagang menjaja terompet kertas. “Dagang di situ mulai sepi, Pak. Kayaknya sekarang orang maunya beli terompet pabrikan, bukan terompet kertas kayak gini,” ujar Pak Gimin (55 tahun) yang menggelar dagangan di trotoar Jalan Sambas II, Barito Kebayoran Baru.
Terompet kertas buatan Gimin dikreasikan dari karton yang dipadu dengan berbagai benda daur ulang, ada gelas platik, botol minuman plastik, kemudian ditambah tempelan kertas warna warni dan yang mengkilat. “Terompet pabrik bunyinya lebih keras, emang beda sih dengan yang saya bikin !” katanya memuji keunggulan pabrikan.
Meski tak lagi banyak peminat yang membeli terompet kertas, Gimin tak patah semangat. Ia dan isterinya, Rion (45 tahun) terus berupaya membuat sekaligus menjaja karyanya. Karena hanya inilah pekerjaan yang dikuasai dan dihafalnya setelah bertahun-tahun. Setiap menjelang tutup tahun, Gimin mengaku bisa membuat puluhan hingga ratusan terompet dengan harga jual bervariasi. Yang sederhana dibandrol seharga Rp 10.000 – Rp 50.000, tapi ada juga yang dijaja seharga Rp 250.000, terutama untuk terompet besar dan model meliuk-liuk. Selain terompet, Gimin juga menjual barang-keperluan pesta tahun baru,seperti topi-topi unik.
Karena itulah Gimin dan isteri rela mangkal berdagang di Jalan Sambas Barito, dan sepanjang dua minggu tak pulang ke rumahnya di Bekasi. “ Kalau bolak balik pulang ongkosnya terlalu mahal. Mending nanti pulangnya pas tanggal 2 Januari, sehabis tahun baru,” kata Gimin polos.
Lantas bagaimana kalau terompetnya tidak laku? “Kalau terompet yang murah terpaksa dibakar. Kalau disimpan nanti jamuran, apalagi lagian tidak ada gudang menampung semua ini!” katanya pasrah dengan mata menerawang. XPOSEINDONESIA Teks dan Foto Dudut Suhendra Putra