Tanpa UPS, Ujian Nasional Komputer Dikhawatirkan Terganggu

- Advertisement -

Ujian Nasional Computer Based Testing (UN CBT) di tingkat sekolah menengah kejuruan negeri (SMKN) akan dilaksanakan pada April 2015 mendatang. Ada kekahawatiran besar, ujian bakal terganggu jika pasokan listrik tiba-tiba padam. Sebab, siswa yang telat menyimpan data mesti mengerjakan soal-soal dari awal. Dampaknya, pelaksanaan UN CBT pasti terganggu.

Seperti diketahui, sekarang ini di DKI terdapat sebanyak 26 SMKN yang  akan melaksanakan UN CBT. Persiapan menjelang UN CBT sudah dilakukan oleh sekolah-sekolah  tersebut secara optimal.

Kepala Sekolah SMKN 6, Jakarta, Sudiono  mengakui bila di sekolah tersedia perangkat UPS (Uninterruptible Power Supply) pelaksanaan UN CBT dapat berlangsung lancar. “Bila sudah tersedia UPS pasti aman pelaksaaan UN nya.”

Uninterruptible Power Supply, seperti kepanjangannya adalah perangkat yang memberikan suplai  daya listrik yang tidak akan terputus kalau pasokan PLN  mendadak terhenti.

Menurut Sudiono, berdasarkan data dari Dinas Pendidikan DKI Jakarta, dari 26 SMKN yang akan menyelenggarakan UN CBT, hanya lima sekolah yang telah memiliki UPS.  “Bagi sekolah yang belum punya UPS,  jelas ada kekhawatiran tersebut, “ jelas Sudiono.

UN di SMKN 6 akan dilangsungkan dari 13-16 April 2015 dan setiap hari terbagi atas tiga gelombang. Gelombang pertama mulai pukul 07.30 sampai 09.30 WIB, gelombang kedua  pukul 10.30 sampai 12.30 WIB, dan gelombang ketiga pukul 14.00 sampai 16.00 WIB.

Selain listrik, Sudiono juga mengkhawatirkan ketersediaan jaringan internet pada saat  pelaksanaan ujian. “Ada  nggak  jaminan kalau jaringan tidak terputus selama ujian berlangsung?” kata Sudiono.

Sementara itu praktisi  Teknologi Informasi Komputer (TIK) Michael Sunggiardi memberikan penjelasan mengenai keterkaitan UPS-Komputer dan pasokan listrik yang stabil.

Data-data penting seperti halnya UN CBT bila belum terekam dengan baik dan pasokan listrik mati maka data-data tersebut bisa hilang.

“Server dan peralatan komputer membutuhkan pasokan listrik yang kontinyu agar dapat bekerja  optimal, karena komponen komputer terdiri dari komponen aktif yang bekerja  berdasarkan listrik statis, dimana memori akan hilang,  kalau listrik mati mendadak karena  belum sempat direkam ke hard disk. Demikian juga harddisk, akan rusak datanya kalau  di tengah jalan proses penulisan data pasokan listriknya mati,” ujar  Michael Sunggiardi.

Menurut Michael, kalau komputer berhubungan dengan internet,
harus melalui satu alat yang disebut modem atau router, dan keduanya bekerja dengan  pasokan listrik, pada saat listrik mati, modem dan router akan tidak bisa bekerja dan  memutus jaringan internet ke komputer.

Ini Jenis UPS

Dalam kegiatan sehari-hari terdapat sejumlah UPS dan masing-masing bisa memilih berdasarkan kepentingan pengguaannya.

Seperti  Online UPS (bahasa Indonesianya UPS Daring) adalah jenis yang paling mahal. Cara kerjanya adalah memasok listrik baik dalam keadaan PLN nyala atau mati secara prima.

Ada pula yang disebut Offline UPS (bahasa Indonesianya UPS Luring) jenis UPS ini hanya bekerja pada saat mati listrik melalui mekanisme sensor dari komponen relai.

UPS dengan AVR yaitu UPS (biasanya yang offline) dilengkapi dengan Automatic Voltage Regulator, sering juga disebut stabilizer atau penstabil listrik (Voltage Stabilizer yang  terkenal yang mekanik, berbunyi waktu listrik turun atau naik, padahal jenis ini yang paling lama reaksinya dan harganya paling murah), karena tegangan PLN sering naik turun karena  sering terjadi pencurian listrik.

Terdapat pula apa yang dikenal sebagai Modified UPS, UPS yang dibuat khusus dengan  kriteria yang diluar standar UPS yang ada, misalnya rangkaiannya digabung dengan  generator listrik dan pendingin helium seperti yang dibuat oleh Google Data Center.

Selain itu, berkembang pula jenis UPS yang dapat dikendalikan melalui web, sehingga operator tidak perlu berada didalam ruangan untuk mengatur panas, tegangan dan  arus listrik, dapat mengirim pesan melalui SMS sebagai alert atau fungsi lainnya.

UPS juga terdiri dari dua jenis yaitu yang keluarannya berbentuk sinyal sinusoida seasli  listrik PLN,  dan sinyal yang berbentuk digital yang dibuat oleh komponen digital  yang sudah lebih banyak dan lebih murah didapat.

“Jadi UPS dengan sinyal square wave harganya akan lebih murah dari sinus, hanya akan cepat merusak perangkat yang dipasoknya, karena semua transfomator membutuhkan  sinyal sinus di kumparannya,” jelas Michael Sunggiardi, praktisi TIK yang bermukim di Bogor.


Pelaksanaan UN dengan CBT Lebih Efisien

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan mengatakan pelaksanaan ujian nasional (UN) dengan sistem komputer atau “computer based test” (CBT) lebih fleksibel atau dinamis  karena tidak harus terjadwal secara nasional pada jam yang sama.

“Justru idenya CBT itu supaya tidak ujian pada jam yang sama. Kalau pakai tertulis harus  jam yang sama karena soalnya keluar kan ya,” katanya, Jakarta belum lama ini.

Anies Baswedan mengatakan pada sistem CBT, hanya dilakukan transfer aplikasi dan data dari perangkat penghubung ke komputer sehingga aplikasi itu dapat dipasang di komputer.

Dengan demikian, soal-soal ujian nasional itu dapat diakses untuk dikerjakan melalui  aplikasi yang terpasang itu.

“Kalau online kan kita harus login. Kalau computer based bahannya dibawa ke USB (perangkat penghubung untuk mentransfer data) terus dicolokin ke komputer, habis itu buat ujian,” ujarnya.

Sementara itu, Kepala Pusat Penilaian Pendidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nizam menambahkan penyelenggaraan UN dengan sistem CBT akan mendorong terciptanya efisiensi pelaksanaan UN.

Dari segi waktu, pelaksanaan UN akan bisa lebih efektif, efisien dan fleksibel, ujarnya. XPOSEINDONESIA/NS Foto Istimewa

- Advertisement -

Latest news

- Advertisement -

Related news

- Advertisement -