Jumat, Februari 21, 2025

Indonesia Timur Yang Eksotik, Dan Terus Didandani

Kecil Besar

“Pariwisata Indonesia di bagian Timur adalah pariwisata masa depan. Kekayaan alamanya luar biasa,” kata Rachmat Tatang Baharudin, Staf Ahli Bidang Politik Kementrian Pembangunan Daerah Tertinggal (KPDT) saat berbicara dalam talk show  tentang “Peran Serta Media Massa dalam Mendorong Potensi Wisata Indonesia di acara Indie Travel Mart, Minggu, 22 Juni 2014 di FX Sudirman. 

Tatang mengakui “Pariwisata di bagian Timur masih penuh kekurangan, namun infrastrukturnya terus diperbaiki,” ujarnya. Kawasan Indonesia Timur khususnya NTB dan NTT, sebagian besar masih masuk kategori daerah tertinggal. Kawasan tersebut memiliki potensi luar biasa yang bisa dikembangkan untuk mendongkrak perekonomian daerah setempat.

Pada kesempatan yang sama, Yanti Sukamdani dari  Badan Promosi Parwisata Indonesia (BPPI)  yang turut menjadi pembicara menyebutkan  institusinya memiliki tiga program promosi khusus, yakni green tourism, creative tourism, dan low season tourism.  “Untuk promosi tahun ini kami fokuskan ke Tiongkok dan Korea, sebagai target utama,” ujar Yanti.  Namun di luar itu, kita turut mempromosikan Indonesia bagian Timur, meski kendalanya tidak kecil,” katanya

KPDT  sendiri telah bersinergi dengan BPPI dalam mendukung pergerakan operator trip indie dalam membuat paket wisata menarik . Misalnya  ke tempat-tempat yang minim fasilitas tapi kaya pesona alam.  Melalui Program Indonesia Bergerak, KPDT mengajak operator trip indie membuat paket-paket wisata ke Indonesia Timur yang bisa dipasarkan jauh-jauh hari untuk mengatasi kendala biaya transportasi tinggi.

Sapta Nirwandar, Wakil Menteri  Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang muncul sebagai pembicara ketiga menyebut destinasi daerah tertinggal mempunyai keunikan yang jarang dijumpai pada destinasi di tempat lain.  Terutama dari segi culture,  nature, dan adventure.  

“Misalnya, ada satu desa yang sulit di jangkau, tapi di sana terdapat tempat surfing yang bagus. Tidak peduli harus berapa hari untuk sampai ke tempat itu, wisatawan yang  punya hobi surfing pasti akan datang. Karena mereka saling bagi informasi dari mulut ke mulut,” kata Sapta mecontohkan keunikan daerah tertinggal.

Dalam sesi penutup Triwibowo, Ketua Forum Wartawan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Forwarparekraf)  menyebut wartawan pariwisata wajib jujur saat menuliskan laporannya.  “Agar pembaca atau calon wisatawan tidak kecewa ketika mereka sampai di destinasi  tertentu.” 

Keberpihakan media pada promosi wisata utama sangat penting. Media massa membantu kontrol  bagi pemerintah, investor dan lain-lain. “Pemberitaan yang kontinyu akan memberi masukan dari publik kepada pemerintah, baik pusat dan daerah.”

Talk show  tentang “Peran Serta Media Massa dalam Mendorong Potensi Wisata Indonesia yang digelar di tengah Indie Travel Mart ini, terselenggara  berkat  kerja sama Majalah Destinasi Indonesia bersama TripTrus.com  dan mendapat dukungan dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif,  serta Pembangunan Daerah Tertinggal dan Badan Promosi Pariwisata Indonesia (BPPI)  

Indie Travel Mart sendiri diikuti 16 operator trip indie yang menawarkan paket perjalanan yang tidak ‘biasa’ mulai dari Pahawang, Kiluan (Lampung), Baduy, Sawarna, Ujung Kulon (Banten), Gunung Padang (Cianjur), Green Canyon (Sukambumi), Gunung Rinjani (NTB), Derawan (Kalimantan) sampai Raja Ampat (Papua). XPOSEINDONESIA Teks dan Foto  Dudut Suhendra Putra

Must Read

Related Articles