Jumat, Februari 21, 2025

Panggung Maestro VII Tampilkan Penari Senior

Kecil Besar

Museum Nasional Indonesia, 10-11 Desember 2024 menggelar seni pertunjukan  tradisi Nusantara  Panggung Maestro VII.

Pertunjukan tradisi  ini dipersembahkan oleh Yayasan Bali Purnati bekerja sama dengan Direktorat Perfilman, Musik dan Media, Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia, Indonesian Heritage Agency, Museum Nasional Indonesia, didukung oleh Yayasan Taut Seni dan Bumi Purnati Indonesia.

Panggung Maestro menjadi panggung penghargaan bagi para maestro yang telah mendedikasikan hidup mereka dalam menjaga dan merawat seni tradisi sehingga budaya bangsa kita tetap lestari hingga kini.

Sepanjang karier yang umumnya lebih dari setengah abad para maestro itu telah mendarmabaktikan kecakapan mereka menggubah karya seni tradisi, melakoninya dengan penuh kesetiaan, sekaligus mewariskannya kepada generasi berikutnya. Penampilan para maestro kali ini kami harapkan bisa meningkatkan apresiasi, menumbuhkan kepedulian, dan memantik daya kreatif dalam upaya pemeliharaan dan pengembangan seni dan budaya di Indonesia.

Kekayaan dan keragaman kesenian tradisi Indonesia bukanlah warisan benda mati, melainkan aset hidup yang sangat berharga, yang dapat memperkuat kearifan sosial, ketahanan martabat, dan pertumbuhan sosial-ekonomi seniman dan masyarakat pendukungnya.

Lebih dari itu, kesenian tradisi dengan segala kekayaan dan keragamannya sudah semestinya bisa menjadi sumber penciptaan bagi seniman modern yang hendak memperluas, memperdalam atau memperbaharui karya mereka.

Bahkan, jika perlu, ia bisa berdiri sejajar dan menjadi lawan dialog seni modern dalam menciptakan kesenian yang lebih bermutu.

Panggung Maestro pertama diselenggarakan pada Juli 2023 dan yang ketujuh pada 10-11 Desember 2024 di Museum Nasional Indonesia.

Panggung Maestro 2024 menghadirkan maestro seni tradisi dari Yogyakarta, Betawi, Kepulauan Riau. Mereka  adalah Sumandiyo Hadi (75 tahun). Theresia Suharti (77 tahun),  Mak Normah (77 tahun), Normah ( 65 tahun), Kartini Kisam (63 tahun), Hj Fatimah,

Restu Imansari Kusumaningrum, Dewan Artistik Panggung Maestro Panggung Maestro  menyebut panggung ini sebagai penghormatan kepada para seniman yang telah mengalirkan energi seni-budaya yang didapat dari para pendahulu mereka kepada kita generasi berikutnya.

“Energi adalah daya hidup, semacam sukma, yang tidak akan mati. Tapi sukma hanya ada jika raga terjaga. Kami berniat, berjanji, untuk menjadi pewaris aktif dengan memelihara dan memupuk energi itu, hingga akan lahir buah dan biji yang mendorong pertumbuhan budaya seterusnya.””

Sementara Endo Suanda, Dewan Artistik Panggung Maestro  menyebut satu   hal yang sangat membahagiakan sekaligus mengharukan, manakala di dalam Panggung Maestro kali ini kita mendapat kesempatan bertemu dengan para penari dan penggubah tari yang berusia di atas 70 tahun, bahkan ada yang di atas 90 tahun, tetapi mereka masih tetap berkarya.

“Lama rentang waktu yang mereka jalani dalam berkarya bukan main-main. Konsep wiraga, wirama, serta wirasa sudah jauh mereka lampaui, dan yang mampu ada dan selalu ada adalah “kasunyatan”, yang senantiasa bersemayam di dalam tubuh mereka. Itulah sejatinya sang Maestro!” XPOSEINDONESIA Foto : Gideon Momongan

panggung penghargaan bagi para maestro
panggung penghargaan bagi para maestro
pagelaran merawat seni tradisi
pagelaran merawat seni tradisi
pertunjukan tradisi ini dipersembahkan oleh yayasan bali purnati
pertunjukan tradisi ini dipersembahkan oleh yayasan bali purnati

Must Read

Related Articles