Akhir November lalu, Mas Bens Leo sebagai Kritikus Musik menerima Penghargaan Anugerah Kebudayaan Kategori Anugerah Seni dari Kementerian Pendidikan Kebudayaan 2013. Sebuah penghargaan yang layak diterima oleh pria kelahiran Pasuruan 8 Agustus 1952 tersebut.
Ini sesungguhnya, bukan penghargaan pertama yang diterima oleh Mas Bens. Sebelum ini, ia pernah menerima Piagam Penghargaan Jurnalis Musik dari Sri Sultan Hamengkubuwono X (2009), Trofi “Pengabdian Sebagai Jurnalis Musik dari Yayasan Buku Bangsa (2003).
Dari sisi dedikasi pada dunia kerjanya, Mas Bens itu terhitung super lengkap. Sepanjang 42 tahun bergelut di dunia hiburan, Ia telah menjadi wartawan untuk media cetak sekaligus radio, menjadi narasumber terpercaya untuk semua media, menjadi juri beragam lomba, menjadi produser untuk pembuatan album rekaman pendatang baru, menjadi koordinator dari bermacam Event Organizer.
Di luar tugas itu, ia juga aktif di berbagai organisasi. Ia pernah terpilih sebagai Ketua Seksi Musik, Film dan Budaya di Persatuan Wartawan Indonesia (1984-1986), Anggota Badan Pengawas Yayasan Karya Cipta Indonesia (2010-Sekarang), Ketua II Koperasi Pekerja Seni Indonesia (KOPSI) (2012-Sekarang). Tahun 2010, ia berinsiatif mendirikan Charity Club Indonesia, sebuah organisasi nirlaba yang membantu wartawan dan artis yang tengah mengalami kesulitan dan sakit.
Popularitas yang Merakyat
Dengan jenis pekerjaan yang sangat beragam, popularitas Mas Bens Leo meroket. Dan tanpa bermaksud memuji berlebihan, popularitasnya yang sangat “merakyat” ini rasanya menjadi sulit ditandingi oleh wartawan senior dan juniornya.
Bukti untuk ini mudah dikenali, baik ketika ia tengah berada di lingkungan atas, mulai dari lingkungan Presiden SBY sampai ke lingkungan menteri-menterinya ataupun di lingkungan selebritis maupun lingkungan masyarakat biasa. Sekedar info juga, “Mas Bens dipilih langsung oleh SBY untuk menuliskan bukunya yang bertajuk Tembang Untuk Bangsa, Bahasa Musik SBY (2011),”kata Renny Djajoesman, Ketua Tim Penyusunan buku tersebut.