
Sampai di hari penutupan pendaftaran Festival Film Indonesia (FFI) 2014, telah terdaftar 340 judul film (terdiri dari 81 Judul Film Televisi, 86 Judul Film Dokumenter, 32 Judul Film Animasi, 90 Judul Film Pendek dan 51 Judul Film Bioskop).
Dalam kategori Film Bioskop, terdaftar judul film yang meraih jumlah penonton terbanyak. Dari film rilis tahun 2013, misalnya via filmindonesia.or.id tercatat film “99 Cahaya di Langit Eropa” (1.003.988 penonton) “Tenggelamnya Kapal Van der Wijck” (855.781 penonton) “Soekarno: Indonesia Merdeka” (748.878 penonton).
Sementara dari tahun 2014, terdaftar jumlah penonton film “Comic 8” ( 1.624.067), “Hijrah Cinta” (711.205 penonton), “Marmut Merah Jambu” (638.908 penonton). Tentu, angka raihan jumlah penonton ini tidak langsung mempengaruhi penilaian dewan juri. Namun, dari daftar ini terlihat, para produser bersemangat mendaftarkan filmnya untuk masuk meja penilain juri FFI 2014.
Dari daftar ini juga langsung terlihat “pertarungan” seru perebutan kursi Sutradara Terbaik, terutama dari mereka yang pernah meraih Citra seperti Riri Reza (“Sokola Rimba”), Hanung Bramantyo (“Soekarno: Indonesia Merdeka”) dan Benni Setiawan (“Sepatu Dahlan” & “Laskar Pelangi 2 : Endensor”) dengan sutradara muka baru seperti Raditiya Dika (“Marmut Merah Jambu”), Delon Tio (“Mari Lari”), Lucky Kuswandi (“Selamat Pagi Malam“).
Sementara genre film pun terpampang beragam, dan boleh dibilang lengkap. Yang pasti, ada genre film drama yang mengambil porsi jumlah terbanyak, film anak-anak (“Sepatu Dahlan”, “Princes, Bajak Laut & Alien” ) Aksi Komedi (“Comic 8), Film bernuansa Musikal ( “Noah Awal Semula” dan “Slank Nggak Ada Matinya”) bahkan juga genre Horor (“Sarang Hantu Jakarta” dan “Kesurupan Setan”).
Munculnya dua film horor dalam penilian FFI merupakan sesuatu yang baru dan bisa dibilang nekat. Namun, menurut Kemala Atmodjo, Ketua Umum Pelaksana FFI 2014, hal itu sah saja, karena menjadi peserta FFI memang harus mendaftar, dan panitia tidak berhak menolak.
“Jumlah film yang didaftarkan pada FFI tidak selalu pararel dengan jumlah produksi film Indonesia tahun 2014. Semua tergantung niat produser. Mereka mau mendaftarkan film yang mana. Misalnya, Chan Parwez pada tahun 2014 memproduksi banyak film, tapi dia hanya mendaftaran 5 film saja!”
Maka kemudian menjadi sah, ketika film Biopic seperti “Soekarno: Indonesia Merdeka” akan adu pikat pernilaian juri, dengan film Horor bertajuk “Sarang Hantu Jakarta” dan “Kesurupan Setan”. Seluruh film yang masuk memiliki hak yang sama untuk dinilai dan berebut 15 kategori penilain. Antara lain berebut simpati untuk kategori pemeran, tata artistik, tata suara, efek visual, tata busana, penulisan skenario dan penyutradaraan.
Dinilai 2 Tahap
Penjurian untuk film bioskop sendiri terbagi dalam dua tahapan. Pada tahap pertama, lima orang juri di masing-masing kategori (ada 10 kategori teknis, 4 kategori akting, dan 1 kategori film terbaik), dengan latar belakang profesi sesuai kategorinya, akan memilih nominasi melalui preference voting—memilih lima nominasi diurutkan sesuai dengan mana yang dinilai terbaik. Hasilnya akan ditabulasi oleh perusahaan akuntan publik Deloitte, sehingga terpilihlah seluruh nominasi Piala Citra.
Pada tahap kedua, dari daftar nominasi yang ada, seluruh juri tahap pertama ditambah juri dari bidang non-film (kritikus, budayawan, dan sebagainya) diminta memilih satu pemenang dari setiap kategori yang sudah ada, yang hasilnya kembali akan ditabulasi oleh Deloitte. Apabila terdapat jumlah seri, maka juri tahap pertama akan diminta untuk memberi penilaian ulang sampai ada satu pemenang.