Film komersil dan film art selalu punya tempat sendiri-sendiri. Film drama bernuansa religi berjudul “Mencari Hilal” membuktikan hal itu. Film bernuansa realis ini merupakan karya sutradara Ismail Basbeth dan kurang mendapat apresiasi dari penonton bioskop Indonesia.
“Mencari Hilal “dibintangi Oka Antara, Deddy Sutomo, Torror Margens dan lain-lain itu disebut-sebut memakan biaya produksi hingga Rp 3 miliar. Sejak awal ditargetkan mampu menyedot 250 ribu penonton.
Sayangnya, film yang diputar di bioskop menjelang hari raya Idul Fitri 11436 H lalu ini hanya mampu menarik 12 ribu penonton. Namun, di tengah kabar rendahnya minat penonton Indonesia, kini “Mencari Hilal “ malah melenggang masuk Tokyo International Film Festival (TIFF) yang ke 28.
Salah satu Produser film ini, Raam Punjabi dari Multivision mengakui tema “Mencari Hilal” masih terlalu berat dikonsumsi penonton Indonesia. “Padahal, dari sisi kualitas film ini luar biasa, mungkin belum waktunya dicerna masyarakat Indonesia. Ia lahir terlalu cepat,” ujar Raam saat perss conference di Multivision Tower, Kuningan, Jakarta, pada Selasa 29 September 2015..
Mencari Hilal diterima di Tokyo International Film Festival (TIFF) dalam program Asian Future. Festival yang diselenggaraan pada 22-31 Oktober 2015, menampilkan Mencari Hilal dalam judul berbahasa Inggris The Crescent Moon.
Film “The Crescent Moon” ini akan bersaing dengan sembilan karya sutradara Asia lainnya. Antara lain The Actor (Jepang), If Only (India), The Island Funeral (Thailand), The Kids (Taiwan), Lazy Hazy Crazy (Hong Kong), Shoot Me in The Heart (Korea), A Simple GoodBye (China), Stair Dad (Turki), Young Love Lost (China)
Hanung Bramantyo yang menjadi salah satu Produser film ini menyebut, “Mencari Hilal” memang layak masuk festival. “Ini bukan berarti aji mumpung, karena kurang diminati penonton akhirnya ikut festival. Bukan. Tapi, sejak awal, saya merasa film ini lebih cocok untuk penonton festival,” ujar Hanung
Hanung yang membaca naskah “Mencari Hilal” sejak pertama, mengatakan “Film ini memang diperuntukan bagi kalangan menengah ke atas yang sudah tidak mikirin urusan perut,” ujar Hanung.
Sementara itu, Ismail Basbeth mengatakan ia tidak bisa menyalahkan penonton Indonesia. “Karena itu kami memutuskan mencari tahu seperti apa penonton yang tepat untuk film ini. Kami memutuskan untuk mengikut sertakannya ke festival,” kata Ismail yang merilis film panjang pertamanya bertajuk Another Trip To the Moon itu. XPOSEINDONESIA/NS Foto : Muhamad Ihsan