Puncak peringatan Hari Film Nasional ke-65 yang jatuh pada 30 Maret 2015 akan dilaksanakan di Istana Negara, dengan agenda acara nonton bareng bersama Presiden Joko Widodo. Sebuah acara yang berbeda di banding tahun sebelum ini.
Film yang akan diputar adalah “Cahaya dari Timur: Beta Maluku” arahan sutradara Angga Dwimas Sasongko dibintangi Chicco Jerikho. Akan ada 500 orang yang diundang secara khusus
“Kita melibatkan masyarakat sebagai penonton. Ada pedagang kaki lima, tukang ojek, film maker, pelajar. Nama-nama yang ikut nonton bareng, akan kita serahkan ke Paspampres dua minggu sebelum acara,” urai Robby Ertanto selaku panitia perayaan dalam jumpa pers di Jakarta, Kamis (12/3/2015).
“Pokok utamanya adalah untuk mendorong masyarakat Indonesia mencintai film Indonesia,” kata Prof. Kacung Marijan, Ph.D., Direktur Jenderal Kemenbuddikdsmen mengenai inti acara perayaan Hari Film Nasional 2015.
Perayaan Hari Film Nasional tahun ini dirancang bukan sekedar perayaan semata, “tapi juga solusi menyelesaikan masalah dari perfilman nasion”, ujar Lance Mengong, Ketua Panitia Hari Film Nasional 2015 di kantor Kemdikbud Jakarta, pada hari Kamis (12/03/2015).
Untuk melancarkan acara, Lance Mengong menggandeng Joko Anwar, Wulan Guritno, Reza Rahadian, serta beberapa sineas lain menggagas empat program utama yang akan digulirkan selama setahun ke depan.
Program itu diberi slogan Ayo Nonton Film Indonesia. “Ada empat program utama. Gerakan Ajak Masyarakat ke Bioskop, Stop Pembajakan, Peningkatan SDM Perfilman, dan Restorsi Film,” ujar Lance
Perwujudan dari kampanye tersebut, panitia merancang ide melakukan pemutaran film Indonesia di Kedutaan Besar Indonesia di seluruh dunia, juga menggalakkan pemutaran film Indonesia di lingkungan komunitas, menggelar diskusi dan pemutaran film di sekolah-sekolah, serta pengadaan bioskop keliling.
Untuk peningkatan SDM Perfilman, ada rencana untuk menulis buku yang ditulis oleh sejumlah sutradara Buku itu akan memuat tentang proses kerja pembuatan film. “Buku ini bisa digunakan untuk mereka yang baru mulai memasuki dunia film,” ujar Lance.
Khusus untuk melaksanakan Restorasi Film, panitia akan membuka semacam fundraising dari
masyarakat. “Untuk merestorasi sebuah film dibutuhkan biaya sekitar dua milyar,” ungkap Wulan Guritno.
Untuk tahap pertama, telah dirancang mengumpulkan dana untuk merestorasi film musikal “Tiga Dara” yang disutradarai Usmar Ismail pada tahun 1956. XPOSEINDONESIA/NS Foto Dudut Suhendra Putra