Jumat (13/5/2016), sekitar pukul 13.00 , di tengah terik matahari yang menyengat, Sebanyak 1.317 masyarakat Baduy memulai perjalanan dari Desa Kanekes, Kecamatan Luwidamar Kabupaten Lebak menuju pendopo Bupati Lebak, Banten. Masyarakat Baduy Dalam mengenakan pakaian putih-putih sementara Baduy Penamping berpakaian hitam-hitam. Hari itu mereka melakukan ritual Seba Baduy.
Warga Baduy Penamping berangkat menggunakan kendaraan sebanyak 20 truk. Sedangkan, masyarakat Baduy Dalam sudah berangkat lebih dulu pada pukul 04.00 WIB dengan berjalan kaki menempuh perjalanan sekitar 50 kilometer.
Mereka membawa sejumlah hasil bumi di antaranya pisang, talas, gula aren, dan beras ketan dan berencana menyerahkan hasil bumi tersebut kepada Ibu Gede atau Bupati Lebak Iti Octavia Jayabaya. Perjalanan sepanjang 40 km ini akan dilanjutkan lebih panjang lagi menuju Ibu Kota Provinsi Banten itu untuk maksud yang sama dan bertemu Bapak Gede atau Gubernur Banten Rano Karno.
“Tradisi Seba tahun ini akan dihadiri pejabat daerah, tokoh masyarakat juga tokoh Lebak yang berada di luar daerah,” kata Kepala Sub Bagian Pembinaan Pers dan Penerbitan Humas dan Komunikasi Sekertariat Pemerintah Kabupaten Lebak, Aep Dian, Jumat.
Tradisi Seba dilaksanakan masyarakat Baduy sebagai wujud rasa syukur setelah panen hasil bumi selama setahun memberikan kehidupan yang lebih baik. Selain itu juga merupakan bentuk silaturahim terhadap kepala daerah yakni bupati dan gubernur sebagai Bapak Gede.
Perayaan Seba, menurut warga Baduy, merupakan peninggalan leluhur tetua (Kokolot) yang dilaksanakan setiap tahun sejak zaman Kesultanan Banten. Ritual ini digelar setelah musim panen dan menjalani ritual Kawalu selama tiga bulan. Pada saat ritual Kawalu, wisatawan dilarang memasuki wilayah Baduy Dalam di tiga kampung.
“Kami mendorong perayaan tradisi Seba ini menjadikan ajang pariwisata masyarakat adat,” ujar Aep Dian,
Tetua masyarakat Baduy yang juga Kepala Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Saija, mengatakan, perayaan seba tahun ini dihadiri sebanyak 1.317 warga. āPenyerahan hasil pertanian ini sebagai bentuk terima kasih kepada pemerintah daerah yang memberikan perlindungan kesejahteraan dan keamanan bagi masyarakat Baduy. Kami terus menjalin silatuhrahim dengan aparat pemerintah agar kemakmuran dan kesejahteraan dirasakan masyarakat Baduy,” katanya.
Sesuai tradisi dan pantangan warga Baduy Dalam, selama perjalanan dari Kampung Cibeo, Cikartawana dan Cikeusik menuju Pendopo Gubernur Banten, tak diperbolehkan untuk menaiki kendaraan. Sementara, Baduy Luar diperbolehkan menaiki bus yang sudah disiapkan pemerintah.
“Kami meminta kepada pemerintah dan pihak keamanan untuk menjaga kelestarian alam di Taman Nasional Gunung Halimun, dan kami meminta bantuan lahan seluas enam hektare untuk pertanian,” kata Jaro Kanekes, Saija.
Selain itu, warga Baduy menginginkan kolom agama di Kartu Tanda Identitas (KTP) tidak dikosongkan, melainkan mencantumkan agama Sunda Wiwitan. XPOSEINDONESIA/ Teks dan Foto : Dudut Suhendra Putra
More Pictures