Jalanan Ellsworth Drive, yang penuh dengan cafe, restaurant hingga bioskop, tiba-tiba berubah menjadi jalanan bernuansa Indonesia. Dentingan gamelan mengalun cukup keras mengiringi penari Jawa yang melenggok di atas panggung. Umbul-umbul warna merah dan putih menghiasi jalanan.

Sementara puluhan orang rela mengantri tenda yang menjual makanan sate ayam, tempe bacem, rendang hingga air tebu. Itulah suasana Festival Made In Indonesia 3 yang digelar di pusat kota Silver Spring, yang berada di perbatasan antara Washington DC dan Maryland.

Festival yang digelar awal bulan September ini memang unik. Selain dekorasi yang serba Indonesia, festival ini menyajikan 17 tenda dengan beragam produk buatan Indonesia. Mulai dari baju batik, pernak-pernik hiasan perak, wayang hingga ke produk-produk makanan instan dan jajanan pasar. Ada juga desainer sepatu, Ferdy Tumakaka, warga Indonesia yang khusus datang dari kota New York dan menjual kreasi sepatu terbarunya.

“Selama tinggal di Washington DC, saya sering melihat festival dari negara-negara Asia lainnya. Saya jadi terpikir untuk membuat festival Indonesia yang saya beri nama Made In Indonesia Festival,dan tahun ini merupakan penyelenggaraan yang ketiga kalinya”, jelas Maya Naratama, Direktur Festival yang menggagas acara ini. “Tujuannya adalah untuk mengenalkan seni budaya dan produk Indonesia kepada publik Amerika, khususnya warga Washington DC dan sekitarnya. Sekaligus memberikan pengalaman bagi generasi muda dan anak-anak Indonesia yang lahir atau besar disini,untuk mengenal negaranya dan tetap cinta kepada tanah airnya”, tambah Maya yang juga pemilik Acha Productions, rumah produksi dan event organizer di Maryland. Dibandingkan festival sebelumnya, Made In Indonesia 3 terlihat lebih ramai dengan pengunjung yang beragam. “Festival ini memperlihatkan keberagaman Indonesia. Seperti di Amerika, kita berasal dari bangsa yang beragam namun tetap hidup dalam kebebasan dan toleransi”, kata Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat, Dr. Dino Patti Djalal dalam sambutannya di tengah acara.

Selain menampilkan tarian, pertunjukan pencak silat, band lokal hingga permainan game ala Indonesia, festival ini juga menampilkan para seniman musik papan atas Indonesia. Penyanyi Hedi Yunus dan Netta Kusumah Dewi (Netta KD) yang datang khusus dari Jakarta, tampil mengajak penonton untuk belajar menari Jaipong hingga berjoget dangdut. Hedi bahkan sempat tampil sendirian, menari Sunda Gagahan Putera. “Saya senang bisa mengenalkan seni tari Indonesia disini. Padahal banyak penonton yang belum tentu kenal dengan Indonesia’, ujar Hedi setelah turun dari panggung. Hadir juga musisi Dwiki Dharmawan yang baru saja selesai rekaman album terbaru di New York. Sementara gitaris Tohpati dan pianis, Riza Arshad berhasil memukau publik dengan komposisi musik progressive jazz. Tohpati dan Riza bersama kelompok simakDialog baru saja melakukan konser dengan tur panjang dari North Carolina, New York, Baltimore hingga berakhir di festival ini.

Dari New York, rocker Anto Joewono dan Diar tampil membawakan lagu Jali-Jali dan hits yang pernah populer di tahun 1990-an, Eternity. Gebrakan musik Anto berhasil membuat publik Amerika yang tidak mengerti bahasa Indonesia menjadi terpukau. Dari New York, juga hadir penyanyi Kia Suban yang dulu dikenal sebagai Kia AFI. Penampilan Kia membawakan lagu Indonesia Pusaka dengan lambaian bendera merah putih yang dipegang oleh pengunjung membuat suasana haru. Kia saat ini sedang belajar teater musikal di Broadway Dance Center, New York. Kejutan lainnya muncul ketika penyanyi jazz, Shakila tampil membawakan hits dari album terbarunya. Suara Shakila yang sangat jazzy berhasil memukau publik yang menyukai musik pop dan jazz. Shakila yang kini bermukim di Turki, juga membawakan lagu Lukisan Pagi, bersama Tohpati. Lagu yang direkam di album pertama Tohpati pada tahun 1990-an, menjadi obat kangen bagi warga Indonesia yang hadir. Inilah reuni Tohpati dan Shakila di Washington DC.

Di akhir acara, seluruh artis tampil saling berimprovisasi di antara lagu dan tari didukung oleh hentakan kendang seniman Endang Ramdan dari simakDialog. Pertunjukan ini berhasil memukau pengunjung yang hadir. Ketika pertunjukan selesai menandakan berakhirnya acara, tenda-tenda pameran masih dipenuhi oleh publik yang ingin membeli produk Indonesia. Hingga hari mulai gelap, barulah mereka mulai berangsur pulang. Mudah-mudahan festival ini bisa berkembang dan dapat diselenggarakan di kota lain.(sundari/washington DC)

More Pictures

Prev NewsBalinale International Film Festival 2013
Last NewasIMI Student Concert Series