Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Pangestu, Wakil Gubernur Kalbar Christiandy Sanjaya, serta Wali Kota Singkawang Awang Ishak hadir dalam Festival Cap Go Meh di Kota Singkawang, Kalimantan Barat, 13/02/2014. Ribuan masyarakat lokal dan pendatang membanjiri salah satu jalan utama kota itu.
Dalam sambutannya, Menparekraf Mari Elka Pangestu yang membuka acara dengan pemukulan tambur mengatakan, bukan hanya perayaan Cap Go Meh saja yang layak dipertahankan. Karena Singkawang penuh budaya kreatif yang menarik.
“Singkawang bisa jadi kota wisata berbasis kreatif. Apalagi ini juga kota Seribu Kelenteng juga industri keramik yang khas dengan pembakaran yang dipertahankan dengan tungku naganya,” kata Mari.Tungku Naga, masih kata Mari, selain di Singkawang cuma ada di Tjing The Tjen, Beijing
Wartawan Antara di Singkawang, Jumat, melaporkan masyarakat etnis Tionghoa mendominasi kehadiran acara itu dan mereka kebanyakan menggunakan pakaian berwarna merah. Suasana Kota Singkawang sendiri sangat marak dan meriah yang antara lain ditandai dengan hampir semua rumah dan toko memasang lampion. Cuaca sejak pagi tampak cerah sekalipun sebelumnya diguyur hujan, Masyarakat tampak antusias menyaksikan kegiatan itu, sekalipun ada yang menyaksikan dari lantai dua rumah masing-masing.
Cap Go Meh diperingati masyarakat Tionghoa yang menganut Tri Dharma (Sam Kaw) sebagai hari raya umat Budha, Konghucu dan penganut Taoisme. Hari kelima belas bulan pertama yang pada tahun ular (2014) adalah yang ke 2564, Jatuh pada Minggu 24 Februari 2014.
Pada hari ke-15 ini, masyarakat Tionghoa atau peranakan Tionghoa di berbagai dunia termasuk Indonesia, meyakini dewa turun ke dunia. Oleh karena itu masyarakat Tionghoa boleh berkeluh kesat saat iring-iringan pawai lewat.
Iring-iringan perayaan Cap Go Meh juga diyakini memberikan energi positif serta dapat memberikan keselamatan dan kemakmuran. Dengan keyakinan mengundang energi positif banyak masyarakat yang akhirnya merayakan Cap Go Meh dengan berbagai macam hal menarik.