Rabu, Desember 4, 2024

Hand Bouquet untuk Trie Utami : Srintil Monolog Musikal

Memasuki usia setengah abad, Tri Utami (penyanyi utama dari kelompok band  Krakatau)   memulai  babak baru dalam kariernya,  dengan terpilih dan dipercaya tampil pertama kali di panggung teater untuk berperan monolog dalam drama bertajuk “Srintil Tembang Duka Seorang Ronggeng, produksi ArtSwara Production.

Srintil  sendiri diadaptasi dari novel  terkenal karya Ahmad Tohari, bertajuk Ronggeng Dukuh Paruk yang dirilis pada  tahun 1982.  Srintil adalah  seorang ronggeng di Dukuh Paruk, sebuah desa kecil di  Banyumas yang miskin dan terpencil. Srintil menjadi tokoh yang amat terkenal dan digandrungi karena cantik dan menggoda.

Dalam  kemasan teater yang akan  dipentaskan di Teater Salihara pada 27 dan 28 April 2019 itu, ArtSwara Production dengan Eksekutif produser  Maera Panigoro,  Dian HP (Produser), Iswadi Pratama (sutradara), Sitok Srengenge (Penulis Skenario), dan Eko Supriyanto (Penata Tari)  mempercayakan peran Srintil tersebut  pada Trie Utami yang selama ini terkenal sebagai penyanyi yang sangat ekspreksif.

“Peran baru ini bukan hanya akan memperpanjang jenis kesenian dalam  curriculum vitae saya, tapi juga menambah  pengetahuan, dan lebih penting lagi  untuk dunia kesenian yang saya geluti,” kata Trie Utami  alias Iie di Rumah Kertanegara,  Jakarta,  Kamis (14/3).

Iie diproyeksikan akan melakukan monolog, menyanyi, berakting dan menari sepanjang 70-90 menit. Ia akan memerankan tokoh Srintil secara rangkap dalam 3 karakter ;  muda, dewasa dan tua.

“Saya menerima kepercayaan  ini, seperti menerima hand  bouquet atau parcel yang mesti saya jaga dengan baik!” lanjut Iie.

Monolog Musikal

Iswadi Pratama menyebut  Srintil dalam pementasan teater yang  disutradarainya  akan melaraskan empat matra kesenian,  yaitu seni peran,  seni musik,  seni lukis (skenografi)  dan seni tari

Jadi dalam pertunjukan ini, penonton  akan mendapatkan sajian musik, lagu, seni peran,  koreografi didukung  juga oleh skenografi  yang  semuanya kita maksudkan  untuk melayani dan memuliakan teks,” kata Iswadi Pratama

Must Read

Related Articles