Tahun 1978, di Jakarta Selatan, digelar Festival Vokal Grup Amigos se Jabodetabek. Amigos adalah nama radio swasta di Kebayoran Baru.
Dalam festival vokal grup ini, tidak ada persyaratan harus menulis lagu sendiri, tapi ada satu kelompok vokal – CHASEIRO, (nama ini dibentuk dari intial pemainnya = Candra Darusman, Helmy, Aswin Sastrowardoyo, Eddy Hudioro, Irwan, Rizali Indrakesuma dan Omen) menyodorkan lagu karyanya berjudul ‘Pemuda’, tepatnya ciptaan Candra Darusman, sebagai Lagu Pilihan.
Lagu ini  bisa dinilai sebagai ‘karya baru yang orisinal’ dari pecahan vokal. Lagu ‘Pemuda’ menjadi Lagu Terbaik, dan Chaseiro terpilih sehagai Vokal Grup Terbaik. Kemenangan Chaseiro mengantarnya masuk rekaman di Musica Studio’s, dengan first single ‘Pemuda’.Â
Di jaman itu, tema lagu spirit pada gerak anak muda, atau lagu tema patriotik adalah barang langka, apalagi untuk single pertama. Tapi Chaseiro yang terdiri dari musisi dari Kampus UI ini justru kondang karena lirik dan melodi lagu ‘Pemuda’. Liriknya seperti ini :
Pemuda, kemana langkahmu menuju
Apa yang membuat engkau ragu
Tujuan sejati menunggumu sudah
Tetaplah pada pendirian semula
Dimana artinya berjuang
Tanpa sesuatu pengurbanan
Kemana arti rasa satu itu
Reff :
Bersatulah semua seperti dahulu
Liihatlah ke muka
Keinginan luhur kan terjangkau semua
Pemuda kenapa wajahmu tersirat
Dengan pena yang bertinta belang
Cerminan tindakan akan perpecahan
Bersihkanlah nodamu semua
Masa depan yang akan tiba
Menuntut bukanya nuansa
Yang selalu menabirimu Pemuda
Menurut hemat saya, Candra Darusman telah membuat tafsiran tepat pada sikap pemuda (saat itu ), yang awalnya suka ragu, galau melangkah, rada apatis tapi Candra mengunci lirik dengan memberi spirit, menawarkan harapan.
‘Kebyar dan Kebyar’ , serta ‘Bendera’
Pada tahun 1980-an, nama Gombloh sangat kondang. Lelaki ceking asal Surabaya, bersuara lantang ini cakap memulis lirik dan melodi lagu. Kadang kontradiktif.