“Jangan panggil saya Om, panggil saya Mas,” begitu kata Idris Sardi ramah namun terkesan tegas, ketika diwawancarai sejumlah wartawan termasuk XPOSEINDONESIA, di sela acara press priview film “Hasduk Berpola”, suatu hari di bulan Mei 2013.
Permintaan itu berulang kali diungkapkan Idris, terutama ketika para wartawan muda yang mengelilinginya tanpa sengaja selalu menggunakan kata Om ketimbang Mas. “Saya ini masih muda loh, baru 74 tahun!’ ucapnya bangga menyebut usianya hari itu.
Idris pun, ketika itu bukan hanya bersemangat menceritakan perannya sebagai orang miskin yang jujur dalam film “Hasduk Berpola”, namun juga mengisahkan perjalanan kariernya pada wartawan muda, yang berbeda usia hampir 40 tahun darinya.
“Jangan sebut saya maestro hebat. Karena yang hebat itu hanya Allah SWT. Dia menciptakan langit dan bumi juga menciptakan kita sebagai mahluk paling sempurna,” ungkap Idris blak blakan, menjawab pertanyaan seorang wartawan, tentang julukan maestro untuknya.
“Adalah kesombongan besar dan sangat takabur, jika ada seseorang yang mengaku hebat karena dirinya sendiri. Sampai kini, tiap kali memainkan biola, saya merasa bukan saya yang memainkannya, tapi murni datang dan digerakan Allah SWT!” ungkapnya dengan penuh syukur. Dari jawaban ini, terkesan semakin bertambah umur, Idris Sardi semakin bijak sekaligus dekat dengan Tuhannya, baik dalam perkataan maupun perbuatan.
Dan ketika Senin, 28 April 2014, pukul 07.20 WIB, Idris Sardi berpulang dalam usia 75 tahun (7 Juni 1938-28 April 2014), pernyataan Idris Sardi yang tegas dan blak-blakan itu terngiang kembali. Bukan hanya XPOSEINDONESIA yang menyimpan kesan mendalam terhadap almarhum. Sejumlah musisi dan rekan kerja yang pernah bekerja sama memiliki kesan berbeda.
Seperti kata vokalis kelompok Gigi, Armand Maulana “Sebagai seorang seniman, Idris Sardi memiliki pribadi tegas, disiplin dan bersemangat. Kami sering bertemu di beberapa pagelaran dan acara penghargaan.” kata Armand di sela pemakaman sang maestro di TPU Menteng Pulo, Jakarta Selatan, Senin (28/4).