Bagi pencinta kuliner tradisional, Bogor bukan hanya tentang asinan atau soto mie. Di antara deretan kuliner legendarisnya, ada satu sajian unik yang selalu memikat lidah: cungkring.
Hidangan ini dibuat dari kikil dan bagian kaki sapi—seperti otot, kulit, hingga bibir—yang dipotong kecil-kecil, disajikan bersama lontong, tempe goreng, dan disiram bumbu kacang gurih nan kental.
Konon, nama “cungkring” berasal dari dua sumber. Ada yang menyebutnya singkatan dari cungur (bibir sapi) dan kaki garingan (otot kaki), sementara versi lain mengatakan bahwa dalam bahasa Sunda, “kikil” memang disebut “cungkring”.
Apa pun asal katanya, yang jelas, kelezatan cungkring sudah menjadi bagian dari identitas kuliner Kota Hujan.
Mang Uceng Paling Top
Salah satu penjaja cungkring yang paling terkenal di Bogor adalah Mang Uceng, yang berjualan di kawasan legendaris Surya Kencana (Surken).
Kisahnya dimulai sederhana: dulu, ia memikul dagangan keliling, berpindah dari satu titik ke titik lain. Kini, ia telah berjualan menggunakan gerobak tetap, dan bahkan berencana beralih ke motor agar lebih praktis.
Meski belum memiliki cabang, Cungkring Mang Uceng sudah menjadi legenda kecil bagi warga dan wisatawan yang berburu kuliner pagi di Surken. Setiap hari, dari pukul 09.30 hingga 15.00, ia siap melayani antrean panjang pembeli di depan Pempek Jebus Kloto.
Jika datang terlalu siang, bersiaplah kehabisan—karena dagangannya sering ludes sebelum sore.
Satu porsi cungkring di sini dibanderol Rp20 ribu saja, tapi jangan remehkan porsinya. Isinya melimpah: potongan kikil kenyal berukuran besar, dua potong gorengan, lontong padat yang dibungkus daun patat—memberi aroma wangi khas—dan siraman bumbu kacang kental tanpa campuran.
Tambahan kecap manis, sambal hijau, serta bawang goreng melimpah menjadikan cita rasanya semakin kaya dan gurih.
Menariknya, menu cungkring di sini tak sekadar kikil biasa. Ada pilihan kulit kepala, kulit badan, kuping sapi, dan terkadang kaki sapi yang hanya tersedia di akhir pekan. Bagi pengunjung yang datang siang, gorengan pendamping pun lebih bervariasi—dari bala-bala hingga bakwan jagung.
Dengan rasa autentik, porsi besar, dan harga bersahabat, tak heran jika Cungkring Mang Uceng menjadi destinasi wajib bagi siapa pun yang ingin mencicipi kekayaan rasa khas Bogor. Sederhana, hangat, dan mengenyangkan—seperti semangkuk nostalgia di bawah rindangnya kota hujan. XPOSEINDONESIA Teks dan Foto : Dudut Suhendra Putra




