Konferensi Musik Indonesia (KMI) 2025 hari ketiga menghadirkan dialog inspiratif yang mempertemukan sejumlah figur penting dari kalangan regulator.
Mengusung tema besar “Membangun Ekosistem Hiburan Berkelanjutan”, sesi ini menampilkan Wakil Menteri Dalam Negeri RI Bima Arya, Wakabaintelkam Polri Nanang Rudi Supriatna, dan Sekretaris Jenderal Dewan Nasional Ekonomi Khusus Rizal Edwin Manansang sebagai pembicara utama.
Dalam pidato kuncinya, Wamendagri Bima Arya menyoroti pentingnya strategi pembangunan ekosistem hiburan yang berkelanjutan melalui pembenahan sistem perizinan, investasi, serta standarisasi keamanan venue musik.
Ia menekankan bahwa sektor industri kreatif memiliki potensi besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi daerah, terlebih di tengah momentum bonus demografi.
“Pemerintah daerah harus berpikir keras untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi. Tidak semua punya tambang atau sawit, karena itu dunia industri kreatif justru punya prospek yang sangat strategis untuk mendongkrak ekonomi daerah,” tegasnya.
Bima kemudian memetakan tiga kendala utama dalam tata kelola sektor hiburan:
- Belum adanya sistem perizinan yang baku dan terintegrasi,
- Tumpang tindih kewenangan antarinstansi,
- Prosedur administrasi yang masih manual.
Sebagai solusi, ia merekomendasikan pembentukan peraturan bersama untuk menyederhanakan proses perizinan serta menetapkan kota percontohan (pilot project) guna menguji efektivitas sistem baru.
Menurutnya, kolaborasi lintas lembaga menjadi kunci agar kebijakan ini dapat benar-benar mendorong pemanfaatan potensi ekonomi kreatif secara optimal.
Sementara itu, Wakabaintelkam Polri Nanang Rudi Supriatna menegaskan komitmen Polri dalam mendukung tumbuhnya kegiatan ekonomi kreatif di Indonesia.
“Polri seratus persen mendukung pertumbuhan ekonomi. Kami siap mengamankan setiap kegiatan ekonomi kreatif, mulai dari konser hingga seminar,” ujarnya.
Dari perspektif ekonomi nasional, Sekjen Dewan Nasional Ekonomi Khusus Rizal Edwin Manansang menekankan bahwa musik merupakan pilar penting ekonomi kreatif dan bahkan bisa menjadi “new engine of growth” bagi Indonesia.
Ia menjelaskan, penyelenggaraan kegiatan musik memiliki efek berantai (multiplier effect) yang luas—mulai dari berkembangnya industri alat musik tradisional, festival budaya, hingga promosi musik melalui film, gim, dan konten digital.
“Kegiatan musik memberi dampak signifikan bagi sektor pariwisata, teknologi digital, UMKM, hingga penciptaan lapangan kerja,” jelasnya.
Rizal juga mendorong sejumlah langkah strategis seperti integrasi pertunjukan musik dalam pengembangan pariwisata dan ekonomi digital, digitalisasi sistem perizinan event, pembaruan sistem OSS, serta perluasan akses Kredit Usaha Rakyat (KUR) bagi pelaku UMKM di industri musik.
“Musik harus diarahkan pada penguatan ekosistem berbasis kekayaan intelektual, sehingga kontribusinya terhadap ekonomi nasional semakin meningkat,” tutupnya. XPOSEINDONESIA Teks dan Foto NS