Selasa, September 23, 2025

Di Balik Tank dan Rudal, Jahitan Wong Hang Menyulam Citra Bangsa

Lapangan Silang Monas, Jakarta Pusat, pada 20–21 September 2025 tampak sesak oleh ribuan pengunjung. Anak-anak berlari riang melihat deretan panser, remaja sibuk berswafoto di depan rudal, sementara para ayah antusias bertanya soal spesifikasi tank terbaru milik Tentara Nasional Indonesia (TNI).

Namun di balik gemuruh mesin dan dentuman simulasi senjata berat, ada satu sudut yang menghadirkan nuansa berbeda. Di sana, bukan kendaraan tempur yang dipamerkan, melainkan seragam pasukan kehormatan karya rumah mode legendaris Wong Hang Bersaudara.

Pameran ini menjadi bagian dari TNI Fair 2025, sebuah pesta rakyat dalam rangka HUT ke-80 TNI yang dibuka untuk umum tanpa biaya. Jika biasanya alutsista identik dengan besi baja, kali ini publik juga bisa menyentuh sisi lain militer: estetika, simbol, dan sejarah dalam bentuk busana kenegaraan.

Warisan Empat Generasi

Wong Hang Bersaudara bukan nama baru. Rumah mode yang berdiri sejak 1933 ini telah melewati empat generasi, dari masa kolonial hingga era modern. Mereka dikenal sebagai penjahit eksklusif, tidak hanya untuk tokoh masyarakat, tetapi juga untuk istana.

Kini, kepercayaan itu kembali datang dari Presiden Prabowo Subianto, yang meminta Wong Hang merancang seragam pasukan kehormatan, termasuk pasukan berkuda, yang kerap tampil dalam upacara kenegaraan.

“Beliau sangat detail dan perfeksionis. Dari warna kain, konsep rancangan, hingga ukuran helm dan anyaman, semuanya diarahkan langsung oleh Presiden,” ujar Stephen Wongso, Komisaris Wong Hang Bersaudara, saat ditemui di arena pameran, Minggu (21/9).

Tak heran, Wong Hang pun melakukan riset panjang. Mereka menengok sejarah militer di Turki, Jepang, China, India, hingga Prancis. Hasilnya adalah rancangan yang bukan hanya indah secara visual, tetapi juga sarat makna historis dan simbolik.

Jahitan yang Bukan Sekadar Indah

Di balik kilau emas di pinggiran seragam atau kilap helm perunggu, ada proses panjang yang melelahkan. Setiap prajurit diukur secara pribadi, memastikan pakaian pas dengan tubuh mereka. “Kalau sekadar bagus dilihat, banyak yang bisa. Tapi kalau harus nyaman, apalagi untuk pasukan berkuda, itu pekerjaan serius,” jelas Stephen.

Detail terkecil tidak pernah dianggap remeh. Mulai dari pelana kuda, sepatu, tongkat komando, hingga anyaman sabuk—semuanya dirancang dengan standar sempurna. Tak jarang tim Wong Hang harus lembur hingga larut malam demi memenuhi tenggat waktu dari istana.

“Rutinitas kami adalah lembur. Tapi itu harga yang harus dibayar untuk kesempurnaan,” kata Stephen.

Bukan untuk Dijual

Bagi Wong Hang, hadir di TNI Fair bukan soal komersial. Mereka tidak membuka pesanan seragam di pameran, tidak pula menjual atribut. Justru sebaliknya, mereka ingin mendekatkan masyarakat pada simbol-simbol kebangsaan yang biasanya hanya bisa dilihat dari jauh.

“Selama ini orang hanya melihat seragam megah itu lewat televisi atau media sosial. Di sini, mereka bisa menyentuh helm, merasakan bahan kainnya, bahkan mencoba atribut yang dipakai pasukan kehormatan. Kami ingin masyarakat tahu bahwa TNI bukan hanya gagah, tapi juga humanis dan dekat dengan rakyat,” ujar Stephen.

Stand Wong Hang di pameran pun ramai didatangi pengunjung dari berbagai kalangan. Banyak yang terkejut mengetahui betapa detailnya rancangan seragam itu, dari pola jahitan hingga bahan yang digunakan.

Mode dan Militer yang Saling Melengkapi

Kehadiran Wong Hang di TNI Fair 2025 membuktikan satu hal: dunia militer tidak hanya tentang senjata, tetapi juga tentang simbol, estetika, dan identitas bangsa.

Di balik gagahnya pasukan yang berparade, ada kerja halus para penjahit yang memastikan setiap prajurit tampil dengan wibawa sekaligus merasa nyaman. Seragam bukan hanya pelindung tubuh, tapi juga pernyataan visual tentang kekuatan dan kehormatan negara.

Pameran ini pun menjadi ruang pertemuan unik antara teknologi militer dan seni mode. Dua dunia yang sekilas berbeda, tetapi sejatinya saling melengkapi. Senjata menjaga kedaulatan, sementara busana menjaga citra. Keduanya berpadu untuk memperlihatkan wajah Indonesia di mata rakyat dan dunia.

Citra Bangsa, Dari Ujung Rambut ke Ujung Kaki

Menurut Stephen Wongso, setiap rancangan yang dikerjakan Wong Hang selalu mengikuti arahan Presiden, namun standar tetap sama: sempurna dari ujung rambut hingga ujung kaki. Itulah sebabnya Wong Hang tetap dipercaya, meski dunia mode penuh dengan pesaing.

“Presisi, kecepatan, dan kualitas tanpa kompromi—itu yang membuat kami tetap bisa memenuhi kebutuhan Istana,” tegasnya.

TNI Fair 2025 pun menorehkan kesan lebih dari sekadar pameran persenjataan. Ia menjadi panggung yang menunjukkan bahwa kekuatan bangsa bukan hanya pada senjata, tetapi juga pada identitas, budaya, dan estetika. Dan di balik itu semua, ada jahitan tangan-tangan teliti dari Wong Hang Bersaudara. XPOSEINDONESIA Foto : Dudut Suhendra Putra

Wong Hang dan Estetika Pasukan Kehormatan
Wong Hang dan Estetika Pasukan Kehormatan

Must Read

Related Articles