Sabtu, Juli 12, 2025

Royal Rhapsody 2025: Konser Tribute Queen Penuh Energi di Glitz Lounge

Konser Royal Rhapsody yang digelar di Glitz Inclusive Lounge (11/07/25) menjadi perayaan megah yang menegaskan: musik Queen tak akan pernah lekang oleh waktu. Diselenggarakan oleh Gala Segala Aksi bersama Busan Production, konser ini menghadirkan 29 lagu yang dipilih berdasarkan kekuatan emosi, dinamika musikal, serta daya ingat kolektif penggemar terhadap band legendaris asal Inggris ini.

Empat vokalis utama tampil bergantian, saling mengisi, memperkaya warna panggung, dan menjaga atmosfer tetap membara. Kadri Mohamad tampil ekspresif dengan lagu-lagu dramatis seperti “Innuendo”, “Melancholy Blues”, dan “Love of My Life”. Ophie Denzo meledak dengan energi mentah di “Mustapha” dan “Bicycle Race”. Tony Wenas menyumbangkan presisi vokal pada “Too Much Love Will Kill You” dan “Somebody to Love”. Sementara Alfred Ayal dari The Rollies menggeber nomor-nomor rock seperti “Hammer to Fall” dan “Fat Bottomed Girls” dengan intensitas tinggi.

Kekuatan para vokalis ini berdiri kokoh di atas fondasi band pengiring yang solid: Rere (Grass Rock) di drum, Broto di bass, Khrisna Prameswara di keyboard, dan Yoel Perry di gitar. Mereka berhasil menghadirkan ritme, groove, dan harmonisasi yang setia pada karakter orisinal Queen, namun tetap memberi napas segar khas pertunjukan live. Setiap riff gitar, hentakan drum, hingga denting keyboard membawa penonton menelusuri lintas era diskografi Queen.

Kehadiran Once Mekel sebagai guest star semakin melengkapi perjalanan malam itu. Once membawakan “Save Me” dan “Jealousy” dengan warna vokalnya yang khas, lalu turut bergabung di “Bohemian Rhapsody” bersama Kadri, Ophie, Alfred, Tony, dan Lilo. Momen puncak ini membangkitkan koor massal penonton yang larut dalam semangat kebersamaan.

Lagu-lagu yang dibawakan malam itu membentang lintas dekade. “Keep Yourself Alive” membuka kenangan album debut Queen (1973); “Killer Queen” dan “Love of My Life” mengingatkan akan kejayaan Sheer Heart Attack (1974) dan A Night at the Opera (1975). “Somebody to Love” dan “You Take My Breath Away” hadir dari era A Day at the Races (1976), sementara “Bicycle Race” dan “Don’t Stop Me Now” menggugah nostalgia era Jazz (1978). Dari The Game (1980), “Play the Game” dan “Save Me” menyusul, lalu “Under Pressure” mewakili Hot Space (1982). Sementara nomor seperti “Hammer to Fall”, “Radio Ga Ga”, “I Want to Break Free”, hingga “Innuendo” menutup rentang sejarah Queen dari era 80-an hingga menjelang akhir hidup Freddie Mercury.

Di sela-sela konser, suasana backstage terasa cair. Para musisi, tamu, dan sahabat lawas bercengkerama dalam obrolan ringan — berbagi cerita tentang kaset-kaset Queen lawas, panggung pertama, hingga kisah lucu di balik kecintaan pada musik rock. Candaan spontan, celetukan khas musisi senior, hingga nostalgia masa muda menambah kehangatan malam itu. Royal Rhapsody bukan hanya panggung tribute, tetapi juga ruang perjumpaan dan silaturahmi bagi para pecinta musik lintas generasi.

Konser ini dihadiri bukan hanya oleh penggemar umum, tetapi juga oleh alumni Fakultas Hukum Universitas Indonesia, kolega dari berbagai firma hukum, serta rekan-rekan dari Corra Legal, kantor hukum baru yang tengah dirintis Kadri Mohamad bersama mitranya. Hadir pula tokoh-tokoh nasional dari berbagai bidang seperti Candra Darusman, Boy Thohir, dan Triawan Munaf yang turut merasakan dentuman nostalgia Queen.

Royal Rhapsody membuktikan bahwa musik Queen bukan sekadar dikenang, tetapi harus terus dihidupkan oleh mereka yang memahami, mencintai, dan membaginya. Malam itu, Queen kembali — bukan hanya diputar ulang, tetapi dinyanyikan, dirasakan, dan dirayakan bersama. XPOSEINDONESIA/IHSAN

More Pictures

  • Alfred Ayal
  • Kadri Mohammad
  • Kadri Mohammad
  • Konser Royal Rhapsody
  • Konser Royal Rhapsody
  • Konser Royal Rhapsody
  • Konser Royal Rhapsody
  • Konser Royal Rhapsody
  • Once Mekel
  • Ophie Danzo
  • Tony Wenas

Must Read

Related Articles