
Cak Lontong untuk pertama kalinya membaca puisi di depan umum. Peristiwa ini terjadi di tengah kegiatan Pertunjukan Puisi “Menguci Ingatan” yang didalamnya berisi bedah buku biografi Yudhistira ANM Massardi, sekaligus Musikalisasi Puisi karya almarhum Yudishtira yang wafat pada 2 April 2024.
“Padahal saya ini pelawak, ditelepon diminta baca puisi. Gimana ini? Karena yang minta Mbak Renny Djajoesman, ya mau ngak mau saya jawab Iya,“ kata Cak Lontong disambut tawa penonton yang hadir di Aula HB Jassin Sabtu, 3 Mei 2025.
“Sungguhnya saya tidak pernah baca puisi, kecuali di sekolah dulu. Jadi jangan terlalu berharap, jangan sampai ada yang kecewa, jangan terlalu berekpektasi!” kata Cak Lontong lagi.
Apalagi, kata Cak Lontong, puisi yang dikirim panitia, dan sudah dihapalnya tiga hari tiga malam mendadak diganti.
“Padahal, saya sudah mengerti isinya, tinggal mentransfer energinya. Nah sekarang, dengan puisi baru, isinya saja belum ngerti. Apalagi energinya. Jadi kalau nanti energinya tidak sampai, silahkan dicari sendiri-sendiri,” lagi-lagi kalimat cerdas Cak Lontong memecahkan tawa penonton.
Acara pembacaan puisi ini terselenggara atas kerja sama antara Perpustakaan Jakarta, PDS HB Jassin, Bakti Budaya Djarum Foundation dan keluarga almarhum Yudhistira ANM Massardi dalam rangka memperingati setahun kepergian almarhum.
Selain Cak Lontong, hadir sebagai pembaca puisi sejumlah nama ternama, seperti Yuka Mandiri, Yuni Shara, Sal Pribadi, Jose Rizal, Ratih Sanggarwati dan Renny Djayoesman.
Renny Dajoesman diminta tampil khusus oleh Aprisca Hendriany alias Sisca, isteri Yudish, untuk membacakan puisi karya Yudhis berjudul “Madinah”.
“Kata Sisca, Yudhis tidak pernah bisa menyelesaikan membaca puisi ini. Bismillah, Insya Allah semoga saya bisa menyelesaikannya,” ungkap Renny dengan suara bergetar dari atas panggung.
Puisi Yudhistira berjudul “Madinah” adalah sebuah ungkapan perjalanan spiritual dan pencarian makna kehidupan yang dalam, penuh dengan kehausan akan cinta ilahi dan rasa syukur atas pengalaman keagamaan yang mendalam. Ini merupakan ungkapan dari perjalanan batin yang mendalam dan pencarian akan makna hidup yang hakiki.
Suasana hening sekaligus haru tercipta ketika Renny yang memang sudah khatam bagaimana membaca puisi, menyampaikan larik demi larik “Madinah” dengan penghayatan penuh. Lafal dan arikulasinya jelas, tempo dan jedanya juga tepat. Renny memang suhu dalam memberi efek dramaturgi yang sesuai dengan isi puisi.
Ya Allah, ya Rasulullah
Aku mendekat untuk dapat peluk dan Cahaya-Mu
Tetapi kenapa masih Kau biarkan aku menunggu
Dalam haus dan lapar Cinta
Dalam kesedihan dan keangkuhan yang memilukan?
Karaoke Berjamaah
Selain pembacaan puisi, ditampilkan pula musikalisasi puisi oleh Iga Massardi, Endah N Rhesa, Kunto Aji, Gema Isyak, dan Eki Naufal.
Sejumlah lagu yang pernah dipopulerkan Franky & Jane dengan lirik ditulis Yudish serta merta berkumandang lembut, seperti lagu “Kepada Angin dan Burung-Burung” juga “Perjalanan”. Di tengah itu mendadak lagu-lagu tersebut menjadi nyanyian karaoke bersama oleh para penonton.
“Kami menampilkan sajian ini khusus untuk mengenang almarhum agar bisa tersenyum melihat karya-karyanya dipamerkan dan dinikmati oleh banyak orang,” ungkap Iga Massardi, anak pertama Yudhistira. XPOSEINDONESIA – NS Foto : Muhamad Ihsan