Jumat, April 18, 2025

Dari Malam Pesona Kawanua 2025 : Mengenal Warna Warni Musik dan Budaya Kawanua

Hari Sabtu 12 April 2025, di XXI Ballroom, Djakarta Theatre. Seorang penyanyi senior, saat asyik menonton, mengatakan, “Musik Kawanua itu kalah groove-nya dari musik Maluku. Atau bahkan Papua, ya! Kamu merasakan yang sama tidak?” Maksudnya gimana?

Teman penyanyi itu menjawab, “Kurang goyang!”

Lalu pembahasan sampai pada, coba telusuri lagu-lagu daerah (berbahasa daerah, dalam hal ini Sulawesi Utara). Coba amati saja. Keliatannya, lagu-lagu Sulawesi Utara kok memang kebanyakan temanya “sedih”. Bukan menonjolkan kegembiraan. Tapi pada patah hati, putus cinta. Penyesalan. Hubungan tak harmonis, dan sejenisnya.

Jadi, mungkin memang karena struktur lagunya, berdasarkan pada tema tertentu yang tidak membuat lagu menjadi “happy”. Kalau unhappy, so pasti ya tidaklah bergoyang. Bukan tema senang-senang, mari bergembira, ayo kita badansa. Ga ke situ soalnya. Dan mungkin ini kureng diperhatiin orang-orang.

Bisa jadi ini perlu dicermati lagi. Rasanya belum ada penelitian yang komprehensif soal itu. Tapi menarik juga untuk coba dipelajari. Padahal, tanah Minahasa itu, tak kurang banyaknya mempunyai talenta-talenta penyanyi luar biasa. Banyak sekali penyanyi dari dataran Sulawesi Utara, berartikulasi jelas, vocal terkesan tajam, ambituous lebar. Secara tehnik, bagus-bagus.

Lalu musik pada lagu-lagunya banyak yang struktur tehnis musiknya tidaklah sederhana. Chordnya seringkali terdengar ajaib. Sungguh bukan musik yang gampang untuk diikuti. Ini dikemukakan oleh seorang Musisi. Yang mengakui, lagu-lagu Sulawesi Utara itu memiliki ciri khas berbeda sebenarnya.

Dan begitulah musik daerah Nusantara, dalam hal ini Sulawesi Utara. Perlu diketahui, dataran ujung utara Nusantara tersebut dibagi 4 etnis terbesar, yang disebut persaudaraan Bohusami. Yaitu, Bolaang Mongondow, Hulondalo, Sangir (Talaud) dan Minahasa. Minahasa memang yang terbesar. Persaudaraan ini terutama sebelum Gorontalo lantas menjadi propinsi tersendiri, terpisah dari Sulawesi Utara.

Budaya yang ada di kalangan Masyarakat Sulawesi Utara memang berbeda lagi. Baik dalam hal tarian, peralatan musik, sampai musiknya. Adat istiadatnya tentu saja memiliki identitas khas yang berbeda dari etnis-etnis lain di seluruh penjuru Nusantara.

Nah pada Sabtu 12 April tersebut, digelarlah acara Malam Pesona Kawanua. Berisikan tari-tarian, musik dan lagu-lagu Sulawesi Utara, terutama Minahasa. Dan arti kata dari Kawanua sendiri, seringkali dimaksudkan sebagai “orang-orang Manado” yang diperantauan.

Orang-orang asal atau berdarah Manado. Walau agak salah harusnya sih, kan Manado itu nama kota saja. Ibukota propinsi Sulawesi Utara. Seharusnya, orang Minahasa kan?

Jadi pada kesempatan itu tampillah para penyanyi berdarah Minahasa. Mulai dari Vonny Sumlang, Oma Rete (X Factor), Sandra Lintang & Harris Sugeha, Tielman Sisters (Greety dan Grace), Connie Constantia, Tony Wenas, Once Mekel. Termasuk penyanyi senior yang rasanya lama kurang aktif menyanyi lagi seperti Vivi Sumanti. Bahkan juga ada Maryance Mantouw, yang mengaku memang sebenarnya lama tak pernah lagi menyanyi di acara-acara musik,

Ada juga para penyanyi muda seperti Jordan dan Triesha Anggoman (The Anggoman’ Duo), Trio Gheghe Rumokoy, Nona Sumarauw, Dewi Kakomore. Lalu Anam Pantera (Dino Rondo, Fentje Bolung, Josh Wira, Randy Lapian, Sarlan Lumalente dan Hegra Sutrisna).

Selain itu ada Dirly Sompie, alumnus Indonesian Idol 2006 di mana ia menjadi runner-up. Lalu Heidy Mongga, mantan finalis Indonesian Idol juga, dan Bintang Radio Manado 2023. Dua Bintang muda bertalenta, yang sebenar-benarnyalah seperti “menunggu” adanya lagu-lagu baru berkwalitas hits, yang kelak bisa melejitkan nama mereka di pentas musik nasional.

Masih ada yang lain. Dua  nama senior. Prof. Dr. Tjut Nyak Deviana Daudsjah, pianis dan pengajar jazz. Dan Vina Panduwinata. Dimana keduanya ternyata memiliki ibu yang asli berdarah Minahasa.

Ada pula nama bertalenta lain, Dua  kawanua yang so lama tinggal di ibukota. Marcellia Lesar en Mercy Dumais. Acara dipandu duo MC, Merry Sanger dan Sonny Tulung.

Ada juga sajian Tari Maengket Matuari. Selain “pajangan” penari Kabasaran, dengan kostum khasnya, di pintu masuk lobby utama. Dan diselipkan pula penampilan Musik Bambu Klarinetm salah satu music khas Minahasa pula.

Sementara mengenai lagu-lagu, well ada banyak lagu-lagu daerah Minahasa. Ya dari kurun waktu 1970-an sampai 1990an saja. Apalagi yang masuk era 2000an. Tapi tentu tidak bisa semua lagu dibawakan.

Masalah utama adalah, sebagian lagu Manado atau Minahasa tempo dan “bentuk” lagu sekilas mirip. Apalagi dengan tema lagu, Sebagian besar yang “mellow” itu”. Tentu perlu kehati-hatian dalam memilihnya. Supaya alur acara, rapi dan enak ditonton.

Yang menarik, acara tersebut digelar oleh penyanyi senior Ermy Kullit. Ermy sendiri bertindak sebagai semacam show director. Didukung tim stage-nya, yang lumayan banyak. Dan memang mungkin ga begitu mudah, menjadi bagian penting dari penyelenggaraan acara, tapi sekaligus juga menjadi pengisi acara.

Tak heranlah, jadi terasa pemilihan lagu yang kurang jeli. Agak di tengah acara, ritme acara terasa menurun. Bahkan juga menuju di penghujung acara. Tema lagu yang dipasang berturutan, hampir sama. Ada satu lagi, kasihan rombongan band dengan backing-vocal dan barisan tiup yang menjadi pajangan saat “acara selingan”. Mereka tetap “dipaku” di stage, sementara Mongol Stress ber-standup. Lumayan lama lho, hampir  20 menitan.

Mungkin saja tim stage-nya terlalu terhibur dengan lawakan dan sentilan Mongol, sampai terlupa untuk menurunkan dulu para anggota band (plus juga kolintang). Agar “pemandangan” panggung jadi “bersih”, dan fokusnya tertuju hanya pada Mongol. Tapi memang Mongol itu efektif banget. Penonton tak mampu menahan tawa, menyimak banyolan-banyolannya. Aseli, gerrr!

Dan acara pun ditutup setelah berlangsung hampir 2,5 jam. Ada selipan spontan yang lumayan menarik juga. Dimana Gubernur Sulawesi Utara saat ini, Mayjend (TNI) Yulius Selvanus ,SE berkolaborasi dengan Tony Wenas (Presiden Direktur PT. Freeport Indonesia) dan Simon Aloysius Mantiri (Direktur Utama PT Pertamina Persero). Trio dadakan ini tampil spontan saja. Gubernur Sulut menjadi vokalis, Tony Wenas kibordisnya dan Simon Mantiri sebagai drummer.

Dan perlu diberi acungan jempol untuk grup band pengiring, yang dilengkapi 4-pieces Kolintang. Mendampingi seluruh penyanyi dengan baik. Grup tersebut dipimpin kakak beradik Harry dan Nyong Anggoman. Didampingi juga adik mereka, Hanny Anggoman. Beserta anak dan keponakan mereka.

Kapan lagi ada kemeriahan Kawanua, yang lebih baik lagi? Ditunggu ya. Sukses untuk penyelenggara Dehills Music Production yang mendukung Ermy Kullit. XPOSEINDONESIA/Teks dan Foto : Dion Momongan

kwartet grand kolintang sanggar bapontar
kwartet grand kolintang sanggar bapontar
tony wenas
tony wenas
mongol
mongol
once mekel dan connie constantia
once mekel dan connie constantia
vins panduwinata
vins panduwinata
mariance mantow
mariance mantow
vivi sumanti
vivi sumanti

Must Read

Related Articles