Film yang disutradarai Rully Mana dan diangkat dari novel berjudul sama karya Dwi Berliana dan telah dibaca 28 juta kali di platform Wattpad.
Melalui film “Algrafi”, Rully Mana selaku sutradara dan Dono Indarto sebagai penulis ingin memberikan suguhan film yang setidaknya akan diingat dengan baik oleh para penonton dalam beberapa waktu ke depan.
Saat penayangan perdana pada Kamis (20/6) lalu di kawasan Kemang, Jakarta Selatan, terlihat “Algrafi” mengisahkan tentang sepasang remaja yang dijodohkan oleh keluarga mereka.
Awalnya, sang kakek (Slamet Rahardjo) merasa bisnis keluarganya sedang tidak stabil dan membutuhkan suatu “jimat” untuk melancarkan bisnisnya kembali.
Sebagai orang Jawa tulen, sang kakek percaya bahwa pernikahan dengan weton (ramalan Jawa) yang sesuai akan menghasilkan keberuntungan.
Saat mencoba mencocokkan weton antara cucunya, Algrafi (Junior Robert) dan anak dari sekretaris pribadinya, Naya (Megan Domani), hasilnya sesuai dengan harapan sang kakek hingga rencana pernikahan keduanya resmi dimulai.
Baik Algrafi dan Naya pun menolak rencana tersebut dan berusaha untuk menggagalkannya. Sayangnya, keberuntungan belum berpihak pada dua remaja belia itu dan keluarga mereka tetap berpegang teguh untuk menjodohkan mereka.
Di suatu titik, keluarga Naya dan Algrafi mengalami masalah besar hingga menimbulkan perpecahan di antara keduanya. Di masa-masa itu, Naya dan Algrafi mulai menyadari perasaaan sayang satu sama lain.
Apakah perasaan cinta mereka direstui keluarga mereka?
Perjodohan masa kini
Kisah perjodohan menjadi cerita biasa dalam film-film. Namun, cerita ini juga dapat menjadi tantangan tersendiri bagi para sineas, termasuk sineas film “Algrafi” yang memilih untuk memvisualisasikannya.
Bayangan cerita klise tidak tampak dalam alur film “Algrafi” . Karena ditampilkan dengan cerita yang terbilang ringan dan menarik.
Selama dua jam durasi penayangannya, penonton tidak akan merasa bosan karena cerita yang diselingi dengan adegan komedi.
Di luae itu, ada dua orang tokoh yang patut diapresiasi lebih adalah sosok sang kakek oleh Slamet Rahardjo dan seorang manajer di sebuah restoran.