Posisi rumah makan peranakan ini, tak sampai sepuluh menit berkendara dari Tugu Batu Satam. Mereka membuka pintu dari pukul 08.00-20.00 WIB. Menu makanan di sini tak banyak, hanya ada mie belitung dan nasi tim.
Sang pemilik kedai dipanggil dengan nama Atep, atau lengkapnya Nyonya Verawaty, adalah seorang nenek yang sudah bercucu enam orang.
Di usianya yang sudah genap 75 tahun, Nyonya Atep hingga saat ini masih melayani sendiri para pelanggan yang datang dari berbagai kota.
“Keistimewaan Mie Belitung Atep adalah cita rasanya yang khas gurih, semenjak didirikan 46 tahun lalu, rasanya tidak berubah,” kata Atep kepada Dudut Suhendra Putra dari Xposeindonesia.com. “Meskipun ramai, pengunjung, kami tidak buka cabang di tempat lain,” kata Atep
Kaldu Udang adalah Kunci
Mie Atep sendiri adalah Mi kuning produksi rumahan Nyonya Atep dengan siraman kuah kaldu udang yang gurih, ditambah irisan kentang rebus, tahu, udang dan emping.
Yang paling mengesankan dari Mie Atep ini adalah cara penyajiannya yang terhitung unik. Ia ditata di atas daun Simpor. Daun tanaman hias yang bentuknya lebar dengan guratan tulang daun yang jelas. Pohon simpor memang banyak terdapat di Belitung.
Mie Belitung Atep sendiri makin terasa lengkap disantap jika dipadu dengan minuman es jeruk kunci segar.
Mie Atep meramaikan dunia kuliner di Belitung sejak tahun 1973. “Waktu itu harga per porsi 35 perak, sekarang sih Rp 18 ribu,” kata Atep.
Seperti layaknya rumah makan yng banyak disukai pendatang, di sekeliling dinding kedai makan ini terpajang jajaran foto pengunjung. Sebagian besar adalah wajah pejabat dan artis- ibukota.
Pada salah satu foto terlihat pula wajah Presiden Republik Indonesia kelima, Ibu Megawati yang datang bersama sang anak, Puan Maharani. XPOSEINDONESIA. Teks dan Foto Dudut Suhendra Putra
More Pictures