Lagu dan Lirik adalah Selera, Etika yang Utama

- Advertisement -

Salah satu caranya adalah, menganjurkan anak-anak menyanyi lagu-lagu sesuai dengan usianya untuk sebuah kompetisi nyanyi yang tayang di televisi, seperti ‘Idola Cilik’. “Mosok anak-anak disuruh menyanyi lagu bertema selingkuh ciptaan Mata Band……Acara-acara tekevisi hendaknya diawasi secara ketat oleh KPI, ” ujar Bens Leo mengunci diskusi musik di Kampus UNJ ini. XPOSEINDONESIA-Bens Leo Foto : Dok. Payung Teduh, Dok. Chaseiro, Tempo.co, & BL 

More Pictures 

Is, vokalis Payung Teduh mengatakan; “Intinya, musik dan lirik adalah selera. Yang membedakan adalah meletakkan penulis lirik itu pada estetika dan etika. XPOSEINDONESIA -Bens Leo
Payung Teduh telah membuat album indie pertamanya yang dirilis di penghujung 2010. Musik yang mereka bawakan terasa membawa aura era 60-an dengan balutan keroncong dan jazz. Foto : Dok. Payung Teduh
Dengan Lagu “Pemuda” yang diciptakan Candra Darusman di 1978, Chaseiro dinilai membawakan ‘karya baru yang orisinal’. Selama 36 tahun, lagu itu terdengar tetap istimewa. Foto : Dok. Chaseiro
Lebih dari dua dekade, nama Gombloh sangat kondang. Lelaki ceking asal Surabaya, bersuara lantang ini cakap memulis lirik dan melodi lagu. Kadang kontradiktif. Foto: TEMPO.CO
- Advertisement -
- Advertisement -
Exit mobile version