
Bagi sebagian orang, band favorit adalah hiburan. Namun bagi Sahabat KariB—komunitas penggemar band jazz fusion Karimata—musik adalah warisan. Lewat buku Lima Musim yang Berarti: Cerita Tentang Karimata, mereka mempersembahkan penghormatan kepada band yang telah merilis lima album legendaris itu.
“Buku ini adalah karya dokumentatif, bisa disebut ensiklopedia. Ini bentuk penghormatan fans terhadap Karimata yang pernah mengukir jejak penting dalam sejarah musik Indonesia,” ujar Haryo K. Buwono, Pimpinan Tim Buku, dalam peluncuran di Kios Ojo Keos, Jakarta.
Peluncuran ini turut dihadiri tiga personel Karimata: Candra Darusman, Aminoto Kosin, dan Denny TR. Sementara Erwin Gutawa dan Boedy Haryono berhalangan hadir.
Candra menyampaikan rasa terima kasihnya kepada para penggemar. “Kalau buku ini bisa berbicara, dia merupakan simbol hubungan tanpa pamrih seorang Sahabat, juga identitas bangsa Indonesia yang suka tolong-menolong,” kata Candra.
Ia pun menambahkan, “Kehadiran buku ini sebagai obat yang memberikan kegembiraan, Namun, saya agak malu karena tidak berkontribusi banyak dalam buku ini.”
Salah satu penulis, Ritmanto Saleh, juga menyampaikan kebanggaannya. “Saya berterima kasih dilibatkan, meski bukan penulis. Ini pelajaran berharga dan jadi CV membanggakan—menulis band idola sejak remaja!”
*Dari Gagasan ke Duka*
Ide buku ini muncul dari Triawan “Babe” Koeshardianto, mantan manajer Karimata saat album Jezz (1991). Ia lalu mengajak Aria Sungkono dan menghubungi Ratna D. Ambarwati, mantan wartawan Mode dan Vista.
Kontributor lain pun bergabung: Denny MR, Edo Musclive, Edy Suhardy, Abi Hasantoso, Burhan Abe, dan Frans Sartono. “Tulisan mereka melengkapi perjalanan musikal Karimata,” ujar Ratna.
Namun, proses penulisan tanpa rencana diliputi duka. Babe wafat lebih dulu, disusul editor Ayu dari Yogyakarta. “Ayu bahkan tidak pernah bilang kalau ia sedang sakit,” kenang Ratna.
Di tengah kehilangan, tim tetap melanjutkan kerja. Visual buku didukung foto-foto dari Jay Subijakto, Andri Is (alm.), Omen Norman, Odi Auditya, Gideon Momongan, Charlie Hawks, Aria Sungkono hingga Anto Gendut—yang juga meninggal sebelum buku rampung. “Kami sudah mendapat izin tertulis untuk semua fotonya,” jelas Aria.
Novel, Ego, dan Password Hilang
Menariknya, buku ini memuat bab bergaya novel karya Babe yang dibiarkan tanpa penyuntingan.
“Untuk menghormati kisah yang telah dibangun,” ujar Aria.
Ratna menambahkan, “Kami tidak mengedit naskah Babe dan Ayu demi menjaga keasliannya.”
Semangat gotong royong juga terlihat dalam pembiayaan penerbitan buku ini. “Sejak awal, banyak Sahabat KariB yang langsung melakukan pre-order, ditambah donatur yang sukarela membantu,” kata Ratna.
Ika Wahab, sekretaris sekaligus pengelola sponsorship, menyebut tantangan terberat adalah menyatukan ego tim di tengah duka.
“Ketika Babe masih ada, setiap ditanya soal isi buku, dia selalu jawab: ‘Ada di kepala saya.’ Tapi saat beliau wafat, kami buka laptopnya—dan, ya, pakai password. Nggak ada yang tahu,” cerita Ika.
Berkat bantuan Mas Damar, laptop akhirnya bisa dibuka dan data terselamatkan.
Setelah buku terbit, Ika berharap Karimata kembali dikenal generasi muda.
“Anak-anak muda bisa belajar dari kegeniusan Karimata,” tuturnya sambul menyebut buku seharga Rp 322.000 bisa didapat via 0813-1633-2433. Atau via https://www.itbpress.id/product/lima-musim-yang-berarti-cerita-tentang-karimata XPOSEINDONESIA/Nini Sunny. Foto : Muhamad Ihsan, Gideon Momongan, Aria Sungkono