Judul di atas terbaca provokatif, sebab sejatinya GIGI memang tidak ganti nama menjadi GIGI Indie, tapi saban kali bertemu Armand Cs, selalu terinformasi, hampir 5 tahun terakhir GIGI memutuskan untuk bergerak independent – kependekan dari indie.
Spirit Kebebasan Indie
Indie memang sebuah faham pemuja kebebasan, independent. Dalam gerakan budaya, indie berarti bebas menentukan sendiri ‘warnanya’, biasanya terlihat lebih inovatif, tak terintervensi oleh siapapun.
Dalam budaya pop, indie bisa masuk ke jalur seni budaya manapun, termasuk film dan musik. Salah satu band besar Indonesia yang memutuskan indie lebih awal adalah Slank. Setelah lebih satu tahun ditinggal Pay, Bongky dan Indra Qadarsih, tahun 1997, Slank memutuskan menggerakkan program tour Jawa Bali hanya dengan tiga personil, Bimbim (drums ), Kaka ( lead vocal / gitar akustik ) dan additional bassist Ivanka.
Pulang dari tour menyapa komunitas Slankers yang berkumpul di sejumlah radio swasta Indonesia, Slank yang akhirnya meminang gitaris Ridho dan Abdee, menjadikan Ivanka bassist tetap, memutuskan indie melalui album “Balikin”.
Contoh lain adalah Iwan Fals, yang memutuskan keluar dari keluarga Musica Studio’s, dengan mengandalkan fans loyal yang tergabung dalam OI, Iwan Fals secara rutin menggelar show di markasnya, Luinanggung. Membuka tahun 2014, Iwan yang disponsori sebuah paberik kopi, menggelar tour panjang 4 kota : Medan, Bandung, Jakarta dan Surabaya, sejak Januari 2014.
Slank dan Iwan Fals yang berhasil memanage fans loyal menjadi kekuatan artis indie. Itu juga berlaku pada band-band indie yang tangguh seperti The S.I.G.I.T, Mocca, White Shoes & the Couples Company, Efek Rumah Kaca, Superman is Dead, Endank Soekamti, Koil, duo Endah & Rhesa dan lain-lain.
Kecuali besar dari panggung indie melalui promo di social media, penjualan merchandise, direct selling CD atau vynil (piringan hitam) album atau penjualan lagu di era digiltal melalui iTune adalah sukses gerakan artis musik independent.