Erros Djarot yang kini lebih terkenal sebagai Politisi, sesungguhnya tak meninggalkan profesi awalnya sebagai pencipta lagu juga produser musik. Meski sudah 32 tahun tak merilis album lagi. Menurut catatan wikipedia, Erros pernah merilis album “Nona” (1984), “Metropolitan” (1984), “Resesi ” (1981), dan “Badai Pasti Berlalu” (1977).
Bergerilya secara Indie
Pada Jumat (24/6/2016) di Birdcage, Panglima Polim, Jakarta Selatan, Erros secara mendadak kembali memasuki dunia musik, dengan merilis mini album bernuansa religi bertajuk “Nabiku Cintaku” yang diedarkan secara indie.
“Ada beberapa teman pengusaha juga sahabat saya yang datang malam ini, saya minta untuk langsung memesan album ini,” ujarnya setelah melelang satu albumnya seharga Rp 50 juta kepada sahabatnya bernama Wismu Widoyo.
“Setidaknya album sudah dipesan dikisaran angka 1000 copies,” ujarnya. Beberapa tamu yang hadir memesan album ini, dalam angka pesan yang beragam mulai dari 50-300 copies, dengan harga per copies sebesar Rp 45 ribu.
Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional, Ferry Mursyidan Baldan yang datang ke acara itu juga ditawarkan untuk membeli album ini. “Dia tidak boleh membeli banyak, nanti bisa ditangkap KPK,” kata Erros sambil tergelak ketika Menteri Ferry menyebut angka 50 untuk pemesanan. Erros juga memuji Ferry, “Inilah Menteri yang sangat berbudaya, karena ia mau hadir di acara kesenian!”
Industri rekaman musik saat ini memang sedang memasuki kehidupan yang berat “Jika saya bergabung dengan label bernama besar, saya harus membayar sekian puluh bahkan ratusan juta. Ngapain begitu? Ini saatnya melakukan pergerakan sendiri!” ungkap pria kelahiran Rangkasbitung, 22 Juli 1950 ini dengan nada bersemangat.
Tidak Berpretensi Syiar
Album “Nabiku Cintaku” berisi beberapa lagu ciptaan Erros dan dinyanyikan penyanyi muda antara lain, “Cintamu Ya Rasul” (Mustafa Debu), “Rinduku PadaMu” (Fryda Lucyana), “Nabiku Cintaku” dan “Gadis Kerudung Putih” (Gilang Samsoe). Sementara untuk aransemen musik dipegang Anwar Fauzi.
Erros yang selama ini lebih banyak dikenal menulis lagu bertema cinta, mengaku sebetulnya pernah menulis lagu bertema religi, seperti “Hening” yang disuarakan almarhum Chrisye, misalnya. Dan saat membuat album ini, Erros mengaku tidak tahu secara jelas apa definisi dari lagu religi. Kalaupun album ini berhasil jadi dan diedarkan, ia menyebut tidak sedang berpretensi melakukan syiar, dakwah, menceramahi apalagi menggurui publik tentang nilai dan hukum agama.
“Itu tugas ulama, kyai atau para ustadz. Sementara lagu-lagu saya hanya berisi ungkapan terima kasih, ungkapan cinta dan kerinduan dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan Sang Khalik. Karena begitu banyak yang telah Allah berikan, namun terlalu sedikit yang telah saya berikan kepadaNYA sebagai ungkapan terima kasih.”
Erros emnyebut, lagu dalam album ini digarapnya sepanjang 12 hari. Dan proses rekaman rampung dua bulan lalu. Semula, beberapa lagu dipercayakan untuk dinyanyikan oleh Fadly (vokalis band Padi dan Musikimia). Namun setelah jadi, muncul kendala karena Fadly terikat kontrak dengan Sony Music dan tak bisa bekerja sama dalam project ini. Akhirnya, jadwal edar terpaksa mundur, karena perlu pergantian penyanyi.
“Alhamdulillah saya diperkenalkan dengan penyanyi muda berbakat, Gilang Samsoe. Suaranya powerful dan cerah,” puji Erros
Untuk penggarapan musik, Erros menyebut ada nada-nada tradisional Spanyol muncul kuat di album ini, terutama pada lagu “Cintamu Ya Rasul. “Ide ini muncul ketika saya berkunjung ke Cordoba, Spanyol dan saya saksikan peninggalan kebesaran dan kejayaan Islam yang sangat menakjubkan. Nabi Muhammad SAW begitu dimulaikan di sana.” katanya.
Namun, di tengah kondisi itu Erros miris jika melihat prilaku yang berbeda kenyataannya di tanah air. Prilaku baik dan teladan Nabi Muhammad yang pengasih tak lagi tercermin dalam diri mereka yang secara lantang mengaku membela dan memperjuangkan Islam.
Erros berharap sekaligus mengajak, “Kita harus sepakat untuk terus menyuarakan Islam yang memberi suasana damai dan penuh cinta kasih. Bukan sebaliknya!” XPOSEINDONESIA/NS Foto : Muhamad Ihsan, Dudut Suhendra Putra