Jumat, Februari 21, 2025

Catatan Inspiratif & Langka dari Bens Leo

Kecil Besar

Dalam rangka memperingati hari ulang tahun yang ke 69 tahun sekaligus memperingati perjalanan karier yang ke 50 tahun, pengamat musik senior, Bens Leo merilis buku bertajuk“Bens Leo dan Aktuil, Rekam Jejak Jurnalisme Musik

Aktuil seperti diketahui adalah sebuah nama majalah musik terdepan di Indonesia yang terbit di sekitar tahun 1970 berkat kerja sejumlah nama antara lain Denny Sabri, Bob Avianto,dan Toto Rahardjo. Bens Leo sendiri baru bergabung di tahun 1971, setahun setelah Remy Sylado terlibat

Sejak tahun 1971, saya menjajal karier sebagai wartawan tulis bahkan juga merangkap sebagai fotografer. Beberapa foto untuk cover majalah Aktuil, saya juga yang mengabadikannya,” ujar Bens  Leo kepada Dion Momongan dalam acara Nyosorr yang ditayangkan di channel YouTube Dion Momongan

Hasil karya tulis berikut foto yang dibuat Bens di musik di majalah Aktuil itu pula,  yang kemudian mengilhami lahirnya buku setebal 230 halaman, yang diterbitkan Museum Musik Indonesia* bersama Media Nusa Creative ini.

Jurnalis Penuh Jejak

Sebagai wartawan musik senior,  perjalanan Bens Leo memang sulit ditandingi jurnalis seusianya. Ia mampu bertugas  rangkap sebagai penyiar radio, master of ceremony, narasumber terpercaya, juri ahli dalam berbagai lomba nyanyi/band tingkat nasional dan internasional. Karena itu pula, sesungguhnya, banyak penerbit yang pernah meminta Mas Bens untuk membuat buku berisi kisah pribadinya.

“Tapi saya merasa perjalanan saya belum layak dijadikan buku biografi, di samping saya tidak cukup watu untuk menulis,” ungkap pria yang menikah dengan dokter ahli gizi *dr. Pauline Endang Praptini MS, Sp.GK* dan mempunyai satu anak Addo Gustaf ini,

Namun, ketika Hengki Herwanto, pendiri  Museum Musik Indonesia (MMI)  membujuk Mas Bens menulis buku  yang memuat  kembali tulisan dan  foto-fotonya sebagai wartawan musik Aktuil,  Bens baru tertarik.

Apalagi, menurut Bens, Henky Herwanto, mengingatkan bahwa tahun 2021 ini, perjalanan karier jurnalistiknya  pas memasuki angka  bagus : 50 tahun! “Di tengah itu, jejak jurnalisme Mas Bens masih ada, karena Mas Bens masih tetap aktif hingga hari ini,” kata Bens mengutip ucapan Henky sahabatnya.  

Mendengar  ide itu,  Bens merasa tertantang.   Karena sangat jelas, isi buku akan berbeda dari sekedar sebuah kisah perjalanan hidup. “Apalagi buku akan dipajang di Museum Musik Indonesia di Malang,” ujar  Bens

Pada Maret 2021, di tengah kesibukannnya sebagai juri   terbang di Nusa Tenggara Timur, Bens mulai merancang  lebih lengkap isi bukunya.

Ia  kemudian melibatkan rekan kerjanya, Nini Sunny yang pernah bersamanya menulis Buku Tembang Untuk Bangsa, Bahasa Musik SBY pada 2011.

Menurut Bens, Nini  Sunny pula yang memetakan perjalanan jurnalistik Bens, usai  ia  keluar dari Aktuil. Bens juga melibatkan banyak  pihak  untuk buku ini, diantaranya para fotografer  antara lain, Indrawan Ibonk, Dudut Suhendra Putra, Muhamad Ihsan dan Dion Momongan.

Tiga Babak Bens Leo

Buku “Bens Leo dan Aktuil, Rekam Jejak Jurnalisme Musik” terbagi dalam tiga “babak” besar.

Babak Pertama, memuat artikel hasil wawancara Bens Leo dengan para musisi, dan laporan hasil liputan Bens Leo  saat jadi wartawan Aktuil perwakilan Jakarta

Terlihat  pada artikel, pola menulis masih menggunakan ejaan Bahasa Indonesia lama, dengan paragraph yang sangat panjang 

Sementara era di luar Majalah Aktuil, artikel ditulis dengan paragraph pendek. Dan pembentukan kalimat yang lebih ringkas.

 “Ini untuk membedakan gaya dari era penulisan Aktuil dengan era hari,” kata Nini Sunny

Pada “babak” kedua buku ini  termuat sebuah otobiografis dari  Bens Leo. 

“Seluruh aktivitas  jurnalistik saya mulai dari Majalah Gadis dan Anita Cemerlang,  kerja di Radio, menjadi juri, bahkan memasuki dunia media  digital  dengan mendirikan web berita www.xposeindonesia.com dan  siaran via Instagram live, ditulis lengkap di sini.  Saya  termasuk wartawan yang berkarir di media cetak  dan mampu terus aktif memasuki dunia media digital seperti sekarang,” kata pria kelahiran Pasuruan 8 Agustus 1952 ini.

Must Read

Related Articles