Setelah lima tahun absen sebagai sutradara, dan hanya sibuk menjadi produser, Lola Amaria kembali akan menyutradarai film baru diberi judul “Negeri Tanpa Telinga”. Film komedi satir ini akan berpusat pada politik, kekuasaan, seks dan tukang pijat.
Dalam pres conference syukuran film ini, di Graha Cipta III, TIM, Cikini, Jakarta Pusat, (28/01/2014), Lola menjelaskan, ide pembuatan film sudah ada sejak empat tahun lalu. “Namun baru bisa terealisasi tahun kemarin, karena masalah budget. Memang terkesan klise, tapi kami berupaya menghasilkan karya terbaik, dengan melibatkan pemain terbaik seperti Ray Sahatapy, Lukman Sardi, Teuku Rifnu Wikana dan lain-lain,” ujarnya.
Lola juga menyatakan, ia tidak terlalu paham, apakah flm ini melawan atau mengikuti arus. Karena seperti kita tahu, tahun 2014 disebut sebagai tahun politik, dan pas kebetulan Lola memproduksi film yang berkisar tentang politik. “Saya tidak ingin nyidir, atau membela siapa-siapa. Tapi, kalau ada yang tersindir ya bagus juga…Yang pasti, kalau ide ini terus ditahan pasti luber,” katanya lagi.
Lola juga mengaku tidak terlalu yakin, sebuah film bisa langsung memberi pengaruh dan mengubah situasi politik Indonesia menjadi lebih baik. “Kalau berubah memang kecillah, apalah artinya sebuah filim. Di sini aku berusaha memberikan yang terbaik saja. Dan yang pasti juga ini bukan penyuluhan untuk menangkap sasaran dari KPK, misalnya!”
Skenario “Negeri Tanpa Telinga” ditulis Lola bersama Indra Tranggono, berkisah tentang tukang pijat bernama Naga. Menurut Lola, sosok Naga terinspirasi dari tukang pijat langganannya, “Mirip sosok Suwondo, tukang pijat Gus Dur,” Lola menjelaskan.
Nah, Naga digambarkan memiliki klien kalangan atas. Mulai dari Menteri, Politikus, dan Pengusaha. Dari para klien itulah, Naga banyak mengetahui soal skandal korupsi dan skandal seks para pejabat negara. Sekali waktu, Naga bertemu kliennya yang lain, seorang Pembawa Acara talk show Televisi, Chika Cemani.