Glenn Fredly Wafat : Firasat Di Ujung Waktu

- Advertisement -
- Advertisement -

Penyanyi  Glenn Fredly  (biasa dipanggil Bung atau Broer) meninggal dunia, Rabu (8/4/2020) pada usia 44 tahun.  Suami dari Mutia Ayu yang dinikahinya  secara tertutup pada 19 Agustus 2019, meninggalkan satu anak  bernama Gewa Atlana Syamayim Latuihamallo (lahir, 28 Februari 2020). Jauh sebelum ini, Bung sempat menikah dengan Dewi Sandra (2006-2009)

 Berita wafatnya Glenn Fredly yang disebabkan karena mengidap meningitis itu,  awalnya muncul dari beragam akun di social media. 

Vokalis band D Masiv, Rian  misalnya via instagram memposting fotonya  tengah bersama Glenn dengan tulisan,   “Bung Glenn Fredly orang baik, musisi panutan. Innalilahi wainnailahi rajiun. Telah berpulang salah satu musisi terbaik,” tulis Rian D’Masiv.

- Advertisement -

Si Bung yang Multi Bakat.

Pria bernama lengkap Glenn Fredly Deviano Latuihamallo ini diberkati Tuhan sebagai manusia penuh talenta. Awalnya,  Bung mengawali karir sebagai vokalis dalam kelompok band Funk Section. Ia kemudian melesat berkembang sebagai penyanyi solo sekaligus pencipta lagu cinta yang romantis. 

Bung pun merilis banyak album, antara lain bertajuk  Glenn (1998), Kembali (2000), Selamat Pagi, Dunia! (2002), Ost. Cinta Silver (2005), Aku & Wanita (2006), Happy Sunday (2007),  Terang (Album Rohani 2006), Private Collection (2008, Lovevolution (2010), Luka, Cinta, dan Merdeka (2012),  Romansa Ke Masa Depan (2019).

Dari sejumlah album itu, Bung melejitkan banyak lagu  hits yang kemudian terdengar ‘’klasik’ dan menjadi lagu “wajib”, terutama  buat mereka yang jatuh dan patah hati .  Rata-rata  lagu itu bernuansa balada, dan kebanyakan  bertema sedih,  antara lain kisah nasib yang terpisah oleh cinta , yakni “January”, “Sedih Tak Berujung”, “Akhir Cerita Cinta”dan banyak lagi

- Advertisement -
Menyalin

Pejuang Kemanusiaan & Keberagaman 

Bung kemudian   mendapat kesempatan duduk  manis menjadi produser  musik. Ia pun membangun label  sendiri bernama Musik Bagus dan terjun memproduseri album “Pasto “ (2005),  “Yura “ (2014) dan album religi islami  berjudul “Hidayah”  (2016). 

Menarik dicatat,  Bung yang Kristiani ini, berani  menggarap album  album religi bernuansa Islam.  Simak,  judul lagu dalam album itu  antara lain “Al Fatihah”, “Syahadat”,  “Alhamdulillah” dan lain-lain. Kok berani sih?

Pada opening video  lagu  “Tuhan Tak Perlu Dibela” yang terpasang di  channel YouTube (dan menjadi salah satu lagu yang termuat dalam album “Hidayah”),  Glenn  memberi klarifikasi keterlibatannnya di album religi tersebut.

 “Dalam memori saya, terekam bahwa Islam adalah agama perdamaian, Islam adalah agama yang memberi  manfaat bagi banyak orang. That’ s way saya nggak pernah takut untuk bisa  membagi kehidupan yang baik itu untuk banyak orang.”

Dari kalimat elegan itu, segera  terlihat Glenn  makin dewasa dan mampu mengambil peran  sebagai orang muda,  yang menyuarakan perbedaan  tanpa harus saling membenci apalagi sampai melukai lewat bahasa ujaran kasar  yang menjadi trend di media sosial.  

Perbedaan  dan keberagaman sejatinya adalah rahmat.   Bung membuktikan  dirinya  bukan  sekadar asal bisa bicara  dengan kalimat bagus,  tapi  mampu memberi bukti dengan edarnya album  tersebut, 

Pada posisi  ini segera terlihat,  Si Bung dari Ambon  Manise ini, tumbuh bukan semata sebagai pencipta lagu, penyanyi dan produser, Bung  telah berkembang sangat kompeten menjadi duta  yang  punya semangat cinta kebangsaan, cinta NKRI  dan terampil menyuarakan  kebinekaan/keberagaman.   

Terjun Bebas Ke Film & Kontemplasi  jadi Produser

Lepas dari kerja kreatif yang super  keren itu, Bung kemudian melebarkan sayap  masuk ke dunia fim.  Bung sempat  terlihat main dalam  film  “Tanda Tanya”  (2011),  garapan sutradara Hanung Bramantiyo.  Ia berperan sebagai Doni, pemuda Katolik yang antagonis dan jatuh cinta ada seorang janda.  

Bung kemudian melompat lebih kesatria. Kali ini hanya duduk menjadi produser untuk film “Cahaya dari Timur”  (2014).

Ini   sebuah film dengan tema  bagus yang diperankan Chico Jerikho dan disutradarai  Angga Dwimas Sasongko. Di sana diperlihatkan keinginan  menyelamatkan anak-anak dari konflik agama yang terjadi di Ambon melalui sepak bola.  

Namun membaurkan anak-anak yang berbeda agama dalam satu tim speak bola justru menyebabkan perpecahan.

Tema kuat ini lagi-lagi memperlihatkan perlunya menyikapi keberagaman yang ada di Indonesia dengan niatan yang bersih. Dan perlu orang muda untuk selalu menyuarakannnya.  Bung Glenn  dengan jantan mengambil langkah itu. 

Usai itu,  Glenn muncul lagi menjadi produser pada film  “Filosofi Kopi” (2015)  dan “Surat dari Praha” (2016). 

Di panggung musik  Indonesia, Penyanyi Terbaik AMI 2001  ini secara cepat bertumbuh menjadi sosok  kawakan dengan  bakat  ganda.  Ia bukan hanya merilis album  dan naik panggung untuk  mempromosikan diri sendiri.  

Ia pun naik panggung untuk menghormati pendahulunya,  dan bintang bintang musik yang dikaguminya. Glenn tercatat pernah naik panggung untuk Tribute Chrisye (2009) .

Kemudian di hari ulang tahunnnya, 30 September 2016, ia merayakan 30 tahun Ruth Sahanaya berkarya. Pentas bertajuk Tanda Mata (TNDMT) Glenn Fredly  untuk Ruth Sahanaya ini digelar di Balai Sarbini, Jakarta.  

Baca Juga :  Posting Terakhir Carlo Saba di Instagram: "Ayo ke Pantai...aku tunggu ya!"

Konser ini pun membawa pesan regenerasi dan kepedulian Glenn terhadap industri musik Indonesia.  Dan tema ini dijadikannya sebagai  tradisi tahunan.

Karena pada 30 September 2017 di Gandaria City Hall, Mall Gandaria City, Bung kembali menggelar Konser #TNDMT. Kali ini  untuk kelompok band Slank. 

Jauh sebelum itu, pada 2013 Bung membentuk Trio Lestari bersama Sandy Sondhoro dan dr. Tompi. Trio yang menampilkan genre musik pop dan jazz  ini merilis album bertajuk  “Wangi” (2014).

Mini album berisi tujuh lagu itu, mengangkat lagu yang sudah popular seperi “Gelora Cintaku”, “Nurlela”, dan “Sakitnya Disini.”

Trio Lestari kemudian  terlihat  banyak tampil di televisi, bahkan beberapa kali menggelar konser tunggal  dengan ide panggung yang  tak biasa. Salah satunya,  ketika tampil di Mall Kota  Kasablaca, mereka menggambarkan sejarah musik Indonesia dari pemerintahan jaman Soekarno hingga hari ini. 

“Kami ingin belajar dari sejarah yang ada, tentang budaya pop yang ada, tentang lagu lagu pop yang ada. Di mana jaman Soeharto, misalnya, lirik  berisi kritik dilarang. Sementara di era Soekarno muncul pelarangan membawakan lagu lagu Barat,’ ungkap Glen dalam press conference, 14 November 2014

Trio Lestari  kemudian seperti beralih bentuk menjadi Duo Lestari,  (Tompi dan Glenn)  dan  banyak muncul  sebagai pemandu acara diskusi lewat Narasi TV. Mereka mengundang  tokoh nasional mendiskusikan hot  issue tentang perbedaan pendapat, juga perbedaan agama itu  biasa.  Di tengah perbedaan itu tetap bisa  terjalin komunikasi dengan indah. 

Lokomotif RUU Musik

Sebagai orang muda yang penuh inspirasi baru, Glenn juga memikirkan  banyak hal untuk perkembangan industri musik.

“Glenn adalah lokomotif untuk  pembahasan lahirnya RUU Musik yang digodok juga bersama Anang Hermansyah (yang waktu itu masih menjabat sebagai anggota DPR,”  ungkap wartawan musik senior, Bens Leo.

Karena ragam  manuver Glenn di dunia kesenian ini pula, Bens Leo mengusulkan  pria ini menerima  Anugerah Kebudayaan dari  Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada 2018. 

“Banyak yang sudah dilakukan Glenn, salah satunya adalah  menggagas  berlangsungnya Konferensi Musik Indonesia di Taman  Budaya, Maluku Ambon 2018!”

Lepas dari urusan musik dan film, Glenn Fredly diketahui merupakan salah satu pendiri PT Ruang Riang Milenial (RRM), yang turut mendirikan M Mbloc Space bekerjasama dengan Perum Peruri.

Lokasi M Bloc sendiri adalah lahan tidur  seluas 6.500 meter yang terletak  di Kawasan Melawai. 

Dalam waktu  tak kurang dari setahun setelah M Bloc diresmikan, Glenn dan kawan-kawan berhasil menyulap  lahan “seram” itu menjadi tempat nongkrong baru dan bergensi bagi warga Jakarta. Di sana juga termuat Rumah Lestari, sebuah resto kecil , di mana di dalamnya terdapat  panggung live,  tempat  anggota Trio Lestari manggung.

Tak Akan Menyanyi Lagi 

Desember 2019,  Bung mengumumkan album barunya  bertajuk “Romansa ke Masa Depan”  siap beredar. Ia sudah membuat video klip untuk beberapa lagu dengan pengambilan gambar di kawasan Timur Indonesia.  

Konser perdana album ini  pun sudah digelar di Surabaya. Judul album baru itu, ketika terbaca di hari ini, bisakah disebut sebagai sebuah isyarat Glen bakal pergi? 

Via IG Live yang dibuatnya di akun pribadinya @glennfredley309  pada pertengahan Maret lalu,  Bung berujar,  akan  terus mempromosikan album ini dengan membawanya  keliling  ke beberapa kota di Indonesia. 

“Sayang  ada larangan berkumpul karena virus Corona saat ini, dan kita wajib berada di rumah aja, maka kita jadwal ulang lagi, ya. Dan ini akan  menjadi  akhir dari saya  tampil sebagai penyanyi!” ungkapnya dalam live IG  terpanjang. Lebih dari 5 jam!  Dimulai pukul 14.00-18.00 WIB.

Pernyataan ini mendapat respons beragam dari  followernya. Bung pun kemudian melengkapi kalimatnya.  “Setelah album ini, saya akan  lebih banyak berkonsentrasi sebagai produser saja, bukan penyanyi,” katanya seperti menenangkan hati  followernya yang mendadak galau.

Lewat akun Instagram pula, lima hari lalu, ( tepatnya 4 April 2020), Bung memposting sebuah video, berisi ia dan isterinya tengah di Pantai di Sumba Timur NTT.  Caption-nya, jika  terbaca  di hari ini, seperti mengisyaratkan ia akan pergi? Waulahualam Bissawab. 

Namun harus diakui, posting terakhir Bung di akun Instagram ini selalu akan terbaca menggetarkan sampai di akhir jaman. Ia terkesan seperti ungkapan  pamit. Terlebih Bung memang sangat tertutup  untuk membagikan informasi  tentang Mutia Ayu, isterinya di social media. 

“Happy Birthday isteriku tercinta @mutia_ayuu, Semesta menjagamu dan kita Bersama selalu …Amsal 31:30 Kemolekan adalah bohong dan kecantikan adalah sia-sia, tetapi isteri yang takut akan Tuhan dipuji-puji.”

Orang Baik ditakdirkan selalu pergi terlalu cepat. Selamat jalan, Bung. Terima kasih untuk semua kerja kreatif dan karya lagu indah yang akan selalu ada  dan terpatri dalam  perjalanan sejarah musik Indonesia. Ini saatnya Rest in Love, Bung  Glenn! XPOSEINDONESIA/ Nini Sunny. Foto : Dudut Suhendra Putra, Gideon Momongan dan Ibonk

More Pictures

- Advertisement -

Latest news

- Advertisement -spot_img

Related news

- Advertisement -