16 Ormas Berkolaborasi dengan HaloPuan Melawan Stunting

- Advertisement -

Dudi Krisnadi sendiri memiliki pengalaman memberi bubuk daun kelor kepada sejumlah balita di Blora, Jawa Tengah, dengan hasil kenaikan tinggi dan berat badan rata-rata 2 hingga 5 sentimeter dalam tiga bulan.

Dudi mengatakan, bukti ilmiah terkait nilai berlipat-lipat nutrisi kelor sudah sangat berlimpah, sehingga tak terbantahkan lagi. Sayangnya, di Indonesia, kelor masih menjadi tanaman kelas dua. “Orang akan dianggap miskin kalau sampai makan kelor,” katanya. Apalagi, di sejumlah wilayah di Nusantara, kelor kerap dikait-kaitkan dengan nuansa magis dan mistik.

Oleh karena itu, Dudi mengapresiasi HaloPuan yang menurutnya memiliki ‘beban’ ganda. Yakni, selain harus memberi penyuluhan soal bahaya stunting, HaloPuan juga harus menyosialisasikan manfaat daun kelor yang tidak dipahami banyak orang.

- Advertisement -

“Sangat jarang organisasi, apalagi individu, yang memiliki kepedulian kepada persoalan stunting, dan karenanya saya salut dengan HaloPuan,” kata Dudi yang juga pemimpin pertanian kelor di Blora, Moringa Organik Indonesia (MOI). “Ini karena hasil dari kepedulian itu akan diperoleh dalam jangka yang sangat panjang, bukan sekarang tapi mungkin 10 hingga 20 tahun ke depan.”

Kepada para pengurus ormas dan komunitas sosial, relawan HaloPuan, Mohamad Chotim, menjelaskan bahwa Gerakan Melawan Stunting tidak berhenti pada penyuluhan, tapi juga dilakukan monitoring selama satu hingga tiga bulan terhadap warga sasaran tertentu. Model gerakan seperti ini, dia bilang, menghasilkan efek “getok tular”. Di beberapa lokasi kegiatan, menurutnya, sejumlah kepala desa tertarik membudidayakan kelor di lahan-lahan warga untuk menurunkan angka prevalensi stunting.

Sejumlah pengurus ormas dan komunitas pun langsung menyambut ajakan kerja sama HaloPuan. Di tempat acara workshop, mereka langsung menandatangani nota kesepahaman dengan HaloPuan untuk berkolaborasi dalam Gerakan Melawan Stunting.

- Advertisement -

“Kami merasa senang mendapat teman dengan keberadaan HaloPuan,” kata dr. Dwiwahju Dian dari Majelis Kesehatan Aisyiyah Jawa Barat. “HaloPuan telah membuka peluang untuk bersama-sama melenyapkan stunting dari bumi Indonesia.”

- Advertisement -
- Advertisement -
Exit mobile version