
Pada 28 November ini, dunia perfilman Indonesia resmi membuat sejarah baru. Karena pada tanggal itu akan diumumkan pemenang dari Festival Film Etnik Kabupaten Biak Numfor. Panitia Pelaksana acara ini, dalam press conference di Jakarta (18/11), menyebut Film Etnik Nusantara adalah film yang bermuatan unsur/elemen budaya tradisi masyarakat Indonesia. Benang merah keragaman etnik itu dikenal sebagai rangkaian budaya Nusantara.
“Pada konteks kebudayaan bangsa Indonesia, budaya Nusantara merupakan interaksi dinamis antar budaya etnik bangsa Indonesia dengan budaya asing dalam membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang membentuk jati diri dan karakter bangsa Indonesia,” ungkap Abdullah Yuliarso (Penggiat Perfilman), yang menjadi salah satu Dewan Juri bersama anggota: Clara Shinta (Artis), Nomensen Burako (Ketua Dewan Kesenian Tanah Papua), Akhlis Suryapati (Ketum Sekretariat Nasional Kine Klub Indonesia/Snakki) dan Simon Sibi (Seniman Biak).
Ajang Festival Film Etnik Papua 2015 ini diharapkan berjalan dengan aman, lancar dan sesuai jadwal. Sejak pendaftaran festival dibuka, pada awal Oktober 2015 hingga ditutup pada tanggal 4 November 2015, sudah terdaftar 67 film pendek.
“Film peserta mencerminkan keragaman budaya Indonesia mulai dari Aceh, Kalimantan, Sulawesi sampai Papua tutur bahasanya menggunakan budaya daerahnya masing-masing,” ujar Abdullah Yuliarso
Panitia Pelaksana sudah sampai pada tahap penetapan nominasi. Dan terpilih 10 (sepuluh) Nominasi Penghargaan Utama yakni “Agus-Agus” (Lampung), “Dongeng dari rumah kontarakan”( Jakarta), Jago Tarung (Solo), “Menunggu Kabar” (Papua), “Njuk Piye” (Jogya), “Onomastika” (Jawa Tengah), “Redup Kejora Palagan Jiwa” ( Blora), “Selamat Datang Masa Depan” (Sumatra Barat) “Sepatu Baru” (Makassar), “Simanggale” (Tapanuli).
Di samping itu terdapat pula 3 (tiga) Nominasi Penghargaan Khusus yakni :”Indie Bung …. !”( Semarang), “Sadam Dariah Lengger Terakhir” (Banyumas), “Suara Angganeta” (Biak)
Festival Film Etnik Nusantara digagas Thomas Ondy, saat ini menjabat Bupati Biak Numfor. Program ini merupakan implementasi asas ‘Kebangkitan Perfilman di Tanah Papua’ yang telah dideklarasikan oleh Gubernur Provinsi Papua pada tahun 2014. Diketuai oleh Adolof Baransano (Ketua Komisi I DPRD Biak Numfor).
“Kegiatan ini dirancang sebagai Festival Film Pendek berskala nasional diikuti oleh penggiat dan komunitas film dari seluruh Indonesia. Dengan mengedepankan konten keragaman potensi budaya daerahnya, diharapkan kegiatan ini menjadi peristiwa budaya yang dapat mengangkat prestasi dan promosi bagi Kabupaten/Kota,” ungkap Akhlis Suryapati (Ketum Sekretariat Nasional Kine Klub Indonesia/Snakki).
Uniknya, meskipun di kota Biak tidak ada gedung Bioskop, komunitas film di daerah ini bisa hidup didukung Pemda dan DPRD. Untuk jangka panjang, diharapkan kegiatan ini dapat menginspirasi tumbuhnya industri dan pasar film lokal (bioskop) melalui program desentralisasi perfilman nasional. “Film berkarakter budaya lokal akan menjadi semacam “cultural belt”, sabuk budaya yang dapat membentengi masyarakat dari pengaruh negatif dan tidak sesuai budaya bangsa Indonesia. Diharapkan Festival Film Etnik Nusantara akan menjadi bagian dari strategi kebudayaan berbasis budaya lokal. XPOSEINDONESIA/NS Foto : Dudut Suhendra Putra
More Pictures