Jumat, Maret 21, 2025

Anugerah Kebudayaan : Memilih Pekerja Seni Terbaik

Anugerah Kebudayaan dan Seni Tradisi kembali digelar. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan M. Nuh mengupayakan, agar Mendikbud Kabinet berikutnya, tetap menjadikan Lembaga Anugerah Kebudayaan ini tetap ada dan lestari.

Kriteria Calon Penerima 

Tatkala tahun 2013, saya menerima Anugerah Kebudayaan kategori Anugerah Seni dari Kemendikbud, saya bertanya : apa yang telah saya berikan untuk Jagad Kebudayaan Negeri ini, mengingat profesi saya yang ‘Sebagian besar, cuma wartawan Seni Budaya’. Sudah pantaskah? 

Lalu, saya cari tahu, siapa gerangan Anggota Dewan Juri  yang bertanggung jawab memilih saya menerima Anugerah Seni 2013, 2 di antaranya adalah nama ‘besar’, yakni Entonomusikolog Franki Raden dan budayawan Romo Mudji Sutrisno.

Dua budayawan ini bahkan ‘telah membocorkan’ hasil keputusan Dewan Juri Anugerah Seni 2013, jauh hari sebelum Pergelaran Penghargaan Anugerah Kebudayaan dan Penghargaan Maestro Seni Tradisi 2013 digelar di Balai Kartini, Jakarta 9 Oktober 2013. Franki mengirim SMS tentang kemenangan saya, sementara Romo Mudji mengatakan langsung, waktu kami berjumpa di Bali.

Jawaban yang diberikan Romo Mudji dan Franki Raden standar : “Anda sudah layak menerima penghargaan karena pengabdian yang panjang pada profesi yang ada kaitannya dengan Seni Budaya, konsisten dan loyal pada pilihan menulis yang kritis, dan banyak tampil dalam kekritisan yang sama di media massa lain, misalnya televisi dan sosial media,“ jawab Franki.

Tahun 2014, saya ditunjuk sebagai Juri Anugerah Seni  bersama Garin Nugroho, Julianti Parani, seniman patung Dolorosa Sinaga, akademisi dan penulis M. Yoesoef. Dari sinilah saya banyak tahu, betapa kompleks sebetulnya penjurian sebuah Anugerah Kebudayaan, termasuk Anugerah Seni. 

Bahkan, buat yang menilai Calon Penerima Anugerah Maestro Seni Tradisi, mereka diharuskan melakukan ‘riset lapangan’. Nomine tidak ditentukan sepihak, misalnya berdasar usulan komunitas Seni Budaya di daerah pedalaman Dayak di Kalimantan, atau di Pedalaman Papua, Tim Penilai juga harus mendatangi calon penerima yang diusulkan, melihat langsung apa yang telah dilakukan Calon Nomine pada Seni Tradisi yang digelutinya. 

Untuk Kategori Anak dan Remaja Yang Berdedikasi Terhadap Kebudayaan, Dewan Juri juga harus melakukan ‘riset lapangan’, mengunjungi komunitas anak, misalnya ke sanggar-sanggar, termasuk yang diluar Jakarta / bahkan luar Jawa.

Usulan Calon Penerima

Untuk Anugerah Seni, usulan Calon Nomine datang dari penyelenggara, dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, juga usulan nama dari Dewan Juri.

Semua usulan itu diperdebatkan pada forum rapat Juri, yang tahun 2014 dilakukan sebanyak 5 kali. Yang ‘harga mati’ adalah Calon Penerima harus telah mengabdi pada profesinya minimal 15 tahun, meski dimungkinkan baru menerima penghargaan setelah meninggal dunia, dengan begitu, Sertifikat Penghargaan dan hadiah lain diterimakan pada ahli warisnya. Tahun 2013, Harry Roesli dan Sapto Rahardjo yang telah wafat,  menerima Anugerah Kebudayaan.

Yang menarik adalah, sutradara video klip dan praktisi periklanan Dimas Jayadiningrat naik panggung mewakili almarhum Eyang ( kakek ) nya, Husein Jayadiningrat, “Saya harus apresiasi pada Dewan Juri yang mengusulkan Eyang saya sebagai penerima Bintang Budaya Paramadharma dari Presiden, padahal aktivitas Eyang sudah lewat puluhan tahun lalu, bahkan Ayah saya saja sudah wafat. Ini penghargaan yang luar biasa bagi keluarga kami, “ kata Jay Dimas. 

Ada adegan lucu tatkala Pin Eyang Husein sebagai Penerima Bintang BudayaParamadharma dari Presiden yang dibawa Dimas Jayadinnigrat terjatuh, saya mengingatkan, “Mas, ati-ati, pin itu terbuat dari emas, ada sertifikatnya di dalam amplop yang anda terima buat Eyang Husein, “ dan Dimas kaget, lalu pin itu dikantonginya.

Santi Sardi, yang mewakili alm Idris Sardi, juga mengucapkan terimakasih atas atensi Pemerintah pada ayahnya. Sementara Tatiek Maliyati ( 80 tahun ) , menyatakan terimakasih yang tak terhingga pada Menteri Dikbud M. Nuh, yang bermaksud terus akan mengupayakan agar Anugerah Kebudayaan ini tetap digelar saban tahun, meskipun Pak M Nuh tidak duduk di Kabinet lagi.

”Penghargaan ini memberi spirit seniman agar terus berkarya, saya saja sudah 80 tahun masih mengajar di IKJ, “ kata sutradara teater Tatiek Maliyati.

Pada tahun 2014, saya mengusulkan nama Etnomusikolog Rizaldi Siagian serta Musisi / Komposer Tradisional Musik Bali I Gusti Kompiang Raka diapresiasi. Rizaldi adalah Doktor Etnomisikolog lulusan San Diego State University, AS, dan telah banyak menerima penghargaan terhadap karyanya, dari dalam dan LN.

Beberapa kali Rizaldi bekerja sama dengan budayawan Slamet Widodo, berkolaborasi : Slamet menulis lirik, Rizaldi membuat musiknya, juga audio visualnya. 

Kompiang Raka namanya meroket tatkala mendukung rekaman musik eksperimen Guruh Gipsy di tahun 1976, Kompiang membawa kelompok seniman Bali Saraswati dengan gamelan Balinya, Guruh dan kawan-kawan memainkan musik diatonik rock yang melahirkan album Guruh Gipsy yang amat fenomenal. 

Kompiang masih berkarya sejenis, membawa gamelan Bali untuk ‘dikolaborasikan’ dalam rekaman musik rock Gong 2000 yang dibentuk Ian Antono dan Achmad Albar pada tahun 2000. Munculnya nama 2 tokoh musik ini, amat didukung suara anggota juri Garin Nugroho, yang tampil pada sesi akhir rapat juri lengkap Anugerah Kebudayaan dan Penghargaan Maestro Seni Tradisi 2014, yang digelar Kemendikbud, Juli 2014. Garin Nugroho mengajuikan nama Niniek L. Karim dan Nani Wijaya untuk Penerima Anugerah Seni 2014. 

Ragam Seni dari Seluruh Nusantara

Total jumlah juri Anugerah Kebudayaan  dan Penghargaan Maestro Seni tradisi 2014 adalah 25 orang, untuk menentukan penerima Anugerah Kebudayaan Kategori : Anak dan Remaja yang Berdedikasi Terhadap Kebudayaan, Maestro Seni Tradisi, Pelestari dan Pengembang Warisan Budaya, Tanda Kehormatan Satyalencana Kebudayaan dari Presiden dan Tanda Kehormatan Bintang Budaya Paramadharma dari Presiden.

Untuk Anak Anak dan Remaja, kecuali Sertifikat, Pin Emas penerima juga berhak atas Uang Pembinaan Rp. 25 juta. Anugerah Seni, Seni Tradisi memperoleh Sertifikat, Pin Emas, Uang Pembinaan Rp. 50 juta, sedang Penghargaan yang ditandatangani Presiden, mendapat Sertifikat, Pin Emas dan Uang Rp. 60 juta. 

Penerima Penghargaan Maestro Seni Tradisi 2014 : H. Sanusi (pencak silat), Missy Ano (Seni tari Suku Saho), Taslim bin Faham (seni pertunjukan – Koba), Rohaya (seni pertunjukan Makyong), Nari (sastra lontar Sasak), Baidjuri Tarsa (seni pertunjukan tradisi), Jariah (pelantun Dideng), Salmon Oropa (seni tari, teater dan sei ukir ).

Anak dan Remaja yang Brdedikasi Terhadap Kebeudayaan 2014 : Bryan Jevonci (seni lukis dan design perangko ), Jasmine Carissa Wirawan (seni tari – modern dan tradisional, dan seni bercerita), Made Georgiana Triwinadi (dalang cilik berbahasa Inggris ), Sri Ayu Pradnya Larasati (seni tari dan seni bercerita )

Kategori Plestari dan Pengembang Warisan Budaya 2014 : Tuti Soenardi (ahli gizi dan kuliner Nusantara), Murti Bunanta (sastra anak), Sutanto / Tanto Mendut (budaya Komunitas Gunung), Bondan Nusantara (seni ketoprak), Atmo Tan Sidik (budaya Komunitas Tegal), Dimas Pramuka Atmaji (tari tradisional Jawa Timur), Merdeka Gedeon (drama, tari, musik), Tengku Nasaruddin Said (seni budaya Melayu), Heri Hendrayana Harris – Gola Gong (sastra dan komunitas ) dan Mordan Sitanggang (seni budaya Batak ).

Kategori Anugerah Seni 2014 : Elly D. Luttan (koreografer ), Martin Aleida (sastrawan / cerpenis), Sri Rochani S. Karim – Niniek L. Karim (seni teater dan film), I Gusti Kompiang Raka (komposer tradisional Bali), Hamsad Rangkuti (sastrawan / cerpenis), Rizaldi Siagian (komposer musik tradisional / etnomusikolog ), Yudi Ahmad Tajudin (sutradara / penulis naskah drama), Priyanto Sunarto (pakar komunikasi visual / pendidik seni rupa), Sunaryo (perupa / seni lukis ), Moelyono  (perupa / aktivis seni ), dan Nani Wijaya (aktris film).

Tanda Kehormatan Satyalencana Kebudayaan 2014 : I Made Bandem (seniman tari / ahli seni pertunjukan), Suwondo B Sutedjo (arsitek), Idris Sardi (musisi / ilustrator musik film), Tatiek Malyati (sutradara teater / aktris dan pendidik teater), Farida Oetoyo (koreografer / penari balet), Anton Moeliono (ahli bahasa Indonesia ), Asmaraman Kho Ping Hoo (penulis cerita silat ), RM Pirngadie (pelopor seni lukis / ilustrator) , Hassan Shadily (penyusun kamus Indonesia Inggris, Inggris – Indonesia ), Julianti Parani (koreografer / peneliti budaya Betawi ), Nyoman Nuarta (pematung).

Bintang Budaya Paramadharma 2014 : Husein Jayadiningrat (pelopor tradisi keilmuan), Nursjirwan Tirtaamidjaja – Iwan Tirta (perancang busana batik ), Hendra Gunawan (pelukis / penyair / pematung), Soejoedi Wiroatmodjo (arsitek), Prof Dr. Harun Nasution (pengembang budaya moderat ). XposeIndonesia Bens Leo / Foto : Addo Gustaf Putera 

More Pictures

Must Read

Related Articles