Di kawasan Gunung Andong, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, bertepatan dengan Rabu Pahing, biasanya dilakukan tradisi turun temurun yakni “Perti Dusun” (merawat dusun, red). Acara yang menjadi kalender desa tersebut diselenggarakan pada Rabu (8/1), dimulai dari pagi hingga malam hari.
Dan warga Dusun Mantran Wetan, Desa Girirejo, Kecamatan Ngablak, di Tenggara puncak gunung tersebut, tiap menyelenggarakan “Perti Dusun”, biasanya juga menyisipkan doa secara Islam, agar keselamatan dan semangat persaudaraan dan persatuan mereka tetap kukuh.
Acara ini memang digunakan sebagai ucapan syukur atas berkah pertanian yang memakmurkan kehidupan pertanian dan permohonan warga kepada Tuhan agar selalu terbebas dari mara bahaya.
“Manunggaling cipta lan karsa, kita sadaya nindakaken adat punika. Mugi masyarakat ing ngriki tansah ayem tentrem, gemah ripah loh jinawi, sumrambah bangsa lan negari,” ungkap, Thohir, ulama setempat saat memimpin doa dalam bahasa Jawa, pada pelaksanaan tradisi tersebut di halaman rumah Kepala Dusun (Kadus) Mantran Wetan Handoko.
Tradisi ini biasa diadakan setiap Sapar (kalender Jawa, red.) atau biasa disebut sebagai “Saparan Mantran”. Di saat ini digelar prosesi “Tumpeng Jongko”, yang diawali arak-arakan berjalan kaki para warga seraya mengusung gunungan tumpeng yang berupa berbagai sayuran hasil panenan.
Setiap warga, baik tua, muda, anak-anak, laki-laki, maupun perempuan, pagi itu membawa ingkung, nasi dalam bakul, dengan aneka lauk pauk, turut dalam prosesi yang berakhir di halaman rumah Kepala Dusun setempat.
Saat tiba di halaman rumah Kadus, Handoko membawa satu ancak berisi aneka sesaji dan tumpeng untuk diletakan di atap rumahnya. Sedangkan warga duduk bersila di atas terpal plastik yang digelar di halaman rumah tersebut.Setiap warga kemudian mengangkat kedua tangan, mengikuti doa yang diunggah oleh Thohir.