Di tengah suasana menjelang pemilu yang “panas” belakangan ini, Eros Djarot mengaku sedih, melihat adanya perpecahan dan permusuhan yang serius yang terjadi di antara kubu pendukung calon presiden 01 dan 02.
“Bayangkan, di WAG (whatsapp grup), jika tahu si A berpihak ke 02, maka ia bisa langsung di delete. Begitu juga sebaliknya. Ini kan sudah tidak sehat,” kata seniman serba bisa itu di Tartine Restoran FX Sudirman, Senin 25 Maret 2019 . “Sampai ada rumah tangga yang menjadi tidak harmonis karena perbedaan pilihan politik di antara suami isteri. Ini kan luar biasa. Rayat dibelah menjadi dua. (Kondisi) ini bukan sesuatu yang diinginkan oleh pendiri republik ini!” kata Eros yang mendirikan Tabloid Detik pada tahun 1993.
Melihat kondisi masyarakat yang terhubung di social media dan sering saling hujat dengan sikap permusuhan yang serius dan cenderung permanen itu, maka menjelang hari pencoblosan 17 April, Eros Djarot mencoba akan melakukan pencerahan.
“Melalui lagu, saya akan mengajak orang Indonesia, untuk berpikir bahwa (pemilu) ini kan cuma lima tahun sekali. Angka 01 dan 02 bukan segala-galanya. Yang segala galanya dan abadi itu adalah angka 17 08 45. Itu yang wajib kita pertahankan sampai mempertaruhkan nyawapun saya siap, kalau begini!” kata Eros sambil menyebut, ia sudah menyelesaikan dua lagu yang liriknya sesuai dengan kondisi dunia perpolitikan Indonesia saat ini.
Single pertama berjudul ‘1 & 2 Bukan Segalanya’. Di lagu bernuansa balada ini Eros mengajak rakyat Indonesia untuk tidak mudah mempercayai janji para politisi.
Sedangkan pada single kedua berjudul ‘Politisi Jaman Edan’ yang dikemas dalam musik pop rock, Eros dengan gamblang menceritakan perilaku politisi yang banyak melakukan transaksional dalam meraih posisi dan tujuan politik.
“Saya membuat ini karena kecintaan saya pada rakyat Indonesia, dan juga musik Indonesia,” kata sutradara film Cut Nyak Dhien yang bersama Chrisye dan Joekie Suryoprayo melahirkan album musik fenomenal bertajuk “ Badai Pasti Berlalu” di tahun 1977