Rabu, Oktober 1, 2025

Solo City Jazz 2025: Ketika Jazz Mewarnai Keindahan Kota Solo

Jazz kembali hadir memberi warna pada keindahan Kota Solo. Harapannya, kehadiran musik jazz akan semakin menambah pesona kota ini—membuat Solo lebih indah, ramah, sejuk, dan tentu saja semakin jazzy.

Gelaran Solo City Jazz, yang telah menjadi agenda tahunan sejak 2009 oleh C-Pro dengan dukungan CEO Wenny Purwanti, tahun ini kembali terlaksana dengan meriah setelah sempat terhenti akibat erupsi Merapi dan pandemi Covid-19. Pada 2025, ajang ini memasuki edisi ke-13 dengan dukungan penuh dari Pemerintah Kota Solo serta berbagai sponsor.

Panggung megah di Pamedan Pura Mangkunegaran, Solo, menjadi tuan rumah pada Sabtu, 27 September 2025. Dimulai pukul 16.00 WIB, saat mentari meredup dan udara semakin bersahabat, nuansa musik langsung menyatu dengan suasana kota.

Deretan Penampil: Dari UTARA hingga Efek Rumah Kaca

Pembuka Solo City Jazz 2025 adalah band asal Solo, UTARA, yang melakukan comeback setelah vakum. Membawakan lagu-lagu seperti Ruang Lain, Lelah Langkahku, dan Hujan di Hatiku, mereka berhasil menghadirkan nuansa awal 2000-an yang kental. “Kehadiran kami di Solo City Jazz ini memang sudah lama kami nantikan,” ujar Ipul, sang leader.

Berikutnya, giliran pianis muda Aditya Ong bersama quartet-nya. Mereka tampil enerjik lewat Love, Live and Hope, East, West, CNY Night, hingga Think, Re-Think, Action. Aditya juga mendapat kehormatan mengiringi Sandhy Sondoro, yang memanaskan panggung selepas Maghrib dengan deretan lagu hits seperti Anak Jalanan, Tak Pernah Padam, Superstar, hingga ditutup dengan Malam Biru.

Suasana makin jazzy ketika Pung n Friends – Ing Jazz Triwindu, kebanggaan lokal Solo, tampil bersama Wakil Walikota Solo, Astrid Widayani, lewat Don’t Know Why. Mereka juga menyajikan lagu-lagu penuh groove seperti So Nice dan Let’s Stay Together.

Tak kalah istimewa, komunitas Jazz Pinggir Kali Pepe yang dipimpin pianis kawakan Sukat Puspaningrat menghadirkan instrumentalia Armando’s Rhumba dan Del Sasser. Momen spesial hadir saat legenda jazz Indonesia, Margie Segers, ikut tampil membawakan Fly Me To The Moon, Kesepian, hingga Kata Hati.

Menuju puncak malam, band pop-rock Float naik panggung dan langsung membakar suasana lewat Time, No Dream Land, Emily, hingga Pulang. Sorak sorai penonton pun pecah ketika akhirnya panggung ditutup oleh Efek Rumah Kaca (ERK). Cholil Mahmud dan kawan-kawan sukses membawa atmosfer berbeda dengan deretan lagu ikonik seperti Kamar Gelap, Rahim Ibu, Desember, hingga Cinta Melulu.

Jazz yang Menyatu dengan Kota

Solo City Jazz 2025 kembali membuktikan bahwa jazz bisa hadir dalam banyak rasa: ada yang kental, ada yang tipis menyertai nuansa musik lain, namun tetap memberi kehangatan bagi kota dan penikmatnya.

Sampai jumpa di gelaran Solo City Jazz berikutnya, dengan suguhan musik yang lebih ramai, berwarna, dan tentu saja semakin jazzy. XPOSEINDONESIA/IHSAN

Must Read

Related Articles